Mohon tunggu...
Heznie Wulandari
Heznie Wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Heznie Wulandari, S.Pd || Guru biasa yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobi Memancing, Benarkah Tanda Stres?

20 Januari 2024   05:15 Diperbarui: 20 Januari 2024   05:17 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang suaminya hobi memancing?  Saya ikutan mengacung ahh,hehe...

Memancing adalah sebuah hobi yang membosankan dan terkesan membuang-buang waktu. Untuk apa menunggu berjam-jam hanya demi ikan yang kita bisa membelinya di pasar dengan harga murah. Begitulah kira-kira menurut sebagian orang  ketika melihat atau mendapati kawan atau kerabatnya yang mempunyai hobi memancing.

Begitupun suami saya, itu juga ia katakan ketika melihat bapaknya hobi memancing, yang akhirnya ucapannya itu harus ia telan mentah-mentah karena justru sekarang ini suami saya sendiri yang sepertinya lebih menggemari hobi memancing.  kegiatan memancingnya bisa sampai empat sampai lima kali dalam satu minggu.

Hobinya sebelum memancing adalah memelihara burung kicau. Namun semenjak tahu saya hamil almarhum anak pertama, banyak mitos yang dikatakan oleh orang-orang terdekat bahwa suami yang istrinya sedang hamil tidak boleh memelihara burung yang makanan utamanya adalah hewan (jangkrik, ulat dan sebagainya). Karena kebanyakan burung peliharaan suami memang umpannya adalah jangkrik, akhirnya semua burung peliharaan dititip rawatkan dirumah kawannya sejak kehamilan saya tersebut.

Semenjak itulah akhirnya setiap hari libur ia mulai ikut memancing. Awalnya ikut memacing di daerah Marunda, Jakarta Utara. Tapi saya yang selalu kepikiran tiap ia memancing disana, mengingat untuk menuju kawasan tersebut banyak lalu lalang truk-truk  dan mobil kontainer besar. 

Dari yang awalnya hanya mempunyai satu reel pemberian orang tuanya, sampai akhirnya ia mempunyai lima reel yan digunakan bergantian. Dari yang awalnya ikan yang diperoleh hasil memancing dimasak atau diberikan untuk orang lain, sekarang digunakan kembali sebagai racikan umpan. Dari yang awalnya memancing saat libur kerja, hari kerja pun malamnya dilakoni memancing galatama. 

"Sensasi mendengar dering reel dan memutarnya ketika umpan aku dimakan ikan, beuuh itu sayang yang aku cari,". Kata suami saya ketika saya bertanya, apa gunanya memancing kalau ikannya tidak dibawa pulang. Karena memang ada pemancingan yang seperti itu.

Saya marah? sudah pasti.. Selain marah karena pasti uang belanja berkurang (hobi memancing tidak dipungkiri tidak murah ternyata, hehehe), saya juga marah karena quality time kami jadi berkurang. Tapi itu dulu, sekarang saya lebih ke pasrah saja, saya pikir nanti ada masa nya suami saya akan berhenti dengan sendirinya. Dulu pun sewaktu hobi burung, mau mulut saya mengomel sampai berbusa, kalau bukan dari dirinya atau peristiwa yang mengharuskan untuknya berhenti, ia tidak akan berhenti.

Saya pernah melihat dan mendengar cuplikan dr. Aisyah Dahlan, beliau mengatakan rata-rata suami yang banyak menghabiskan waktu untuk memancing, tanda bahwa ia sedang stres. Ada sesuatu yang  sedang ia pikirkan dan sedang mencari jalan keluarnya. Kegiatan memancing adalah sebuah pelampiasan.

Dan akhirnya pun saya tidak melarang hobinya ini karena saya tidak tahu seberapa stres suami saya di tempat kerjanya. Atau hal apa yang coba suami saya cari jalan keluarnya hingga ia harus menepi dipinggir sungai atau empang demi mencari ketenangan. Tapi memang saya menyadari intensitas suami dalam memancing tidak lepas dari peristiwa berpulangnya anak kami kepangkuan PemilikNya. Sebagai perempuan, tentu saya lebih dapat mengekspresikan perasaan sedih saya dengan menangis sejadi-jadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun