Saat ini kekerasan seksual bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, namun juga dilakukan pada anak-anak kepada anak-anak. Tentu kenyataan seperti ini membuat kekhawatiran para orang tua, karena kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada anak perempun, tapi juga terjadi pada anak laki-laki. Dampak yang ditimbulkan akibat kekerasan yang dilakukan tentu sangat mengkhawatirkan. Â Seperti kejadian yang belum lama saya ketahui.
Kurang lebih dua bulan yang lalu saya dibuat kaget karena mendengar sendiri anak-anak dilingkungan rumah saya, W (10 tahun) melakukan sodomi terhadap F (5 tahun) saat saya menyiram tanaman, F datang menghampiri dan bertanya tentang nama-nama tanaman yang sedang saya siram.Â
Kemudian W menghampiri kami, "F, kita mandi bareng lagi, yuk?". Ajak W pada F. "Gak ah, abisnya kalau mandi bareng, kamu masukin punya kamu ke bokong aku.". Jawab F. Mendengar hal itu saya langsung marah. "Siapa yang mengajarkan itu sama kamu, W". Saya  marah. "Tidak boleh seperti itu. Allah marah". Kata saya lagi. Mendengar saya marah W lari pulang.
Saya langsung menghentikan kegiatan menyiram tanaman saya. Lalu saya ajak F masuk dan menanyakan hal menjijikan yang baru saja saya dengar. Tak lupa saya merekamnya diam-diam dengan ponsel, untuk dijadikan barang bukti ketika saya mengadukan hal ini pada kedua orang tua anak-anak itu.Â
Saya ajak F berbicara pelan-pelan dari hati ke hati. Saya benar-benar kaget. Lebih kaget lagi, saat F bilang ini kali kedua W melakukan hal itu padanya. Bukan hanya itu, F pun dipaksa bergantian melakukan oral, namun F tidak mau karena jijik katanya.Â
Setelah itu saya memberitahukan rekaman itu pada keluarga F, orang tua F kaget, namun tidak ada reaksi lanjutan terhadap kejadian yang menimpa anaknya. Keluarga F hanya menegur W tanpa mengadukan perbuatan bejatnya itu pada keluarga W. Mereka tidak ingin ribut, begitu alasannya.
Penyebab anak melakukan pelecehanÂ
- Latar belakang orangtua
Latar belakang pendidikan dan pekerjaan orangtua salah satu penyebab anak menjadi pelaku pelecehan seksual. Dari kasus di atas, orangtua W hanya lulusan sekolah dasar, pekerjaannya pun (maaf) pekerja hiburan malam. Besar kemungkinan W meniru apa yang ia lihat. Karena anak adalah cerminan orangtua. Â Anak cenderung meniru perilaku orangtua karena menurut anak hal tersebut adalah normal dilakukan.
- Kurangnya penanaman nilai-nilai moral dan agama
Orangtua yang membekali anak dengan nilai-nilai moral dan agama sejak dini akan membentuk karakter anak. Anak akan tahu mana perilaku baik, dan mana perilaku yang tidak baik. Â
Diperlukan peran orang tua  dalam membentuk karakter anak-anak dengan memberikan contoh yang baik agar anak tumbuh menjadi anak dengan pribadi yang baik. Inilah mengapa pentingnya edukasi orang tua tentang nilai-nilai moral pada anak, agar anak dapat membatasi diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain.
- Pernah menjadi korban pelecehan serupa
Anak yang pernah menjadi korbang pelecehan seksual besar kemungkinan ia akan menjadi pelaku kekerasan seksual. Hal tersebut sebut dijelaskan  melalui laman resmi WHO, salah satu penyebab seseorang melakukan  kekerasan seksual karena sebelumnya ia pernah memiliki riwayat  kekerasan seksual.
- Kurangnya pengawasan dari orangtua atau keluarga.
Pengawasan orangtua bertujuan untuk menghindarkan anak  dari segala tindakan yang melanggar aturan, baik aturan keluarga, agama, dan masyarakat. Dengan mengawasi anak, orang tua akan tahu apa saja aktivitas anak, dengan siapa bergaul, apa saja yang dilakukan anak. Dengan pengawasan anak akan terbiasa melakukan hal-hal baik.
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua bila anak terlanjur menjadi pelaku atau korban pelecehan?
Mengetahui anak menjadi korban kekerasan seksual adalah mimpi terburuk yang pernah dialami orangtua. Â Karena anak-anak yang mengalami kekerasan seksual, rentan mengalami trauma berkepanjangan dan dapat mempengaruhi masa depan anak bila tidak ditangani secara benar. Lalu apa yang orangtua harus lakukan bila anak menjadi korban bahkan pelaku kekerasan seksual.
- Orang tua harus introspeksi diri
Jangan pernah menyalahkan anak atas apa yang telah ia alami. Karena perlindungan anak adalah tanggung jawab orangtuanya. Introspeksi dirilah, apa yang kurang dilakukan orang tua sehingga anak bisa mengalami kejadian kekerasan seksual. Apakah orangtua sudah mengajarkan pada anak untuk melindungi dirinya, Â Apakah anak sudah dibekali tentang edukasi seksual sejak dini, mana bagian yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain.Â
- Jangan mengungkit kejadian pelecehan yang anak alami
Jadilah orangtua yang mendengarkan. Jangan banyak bertanya terus-menerus tentang kejadian pelecehan yang telah ia alami. Semakin ditanya, anak akan semakin mengingat kejadian buruk tersebut. Biarkan ia mengeluarkan keluhannya, bila ia mengeluhkan sakit pada bagian tertentu pada fisiknya segera obati.Â
- Buat hidupnya berjalan senatural mungkin
Setelah mengetahui anak menjadi korban kekerasan seksual, jangan membatasi kehidupan anak dengan 'ke-parnoaan' orangtua, misalnya dengan membatasi bertemu orang lain dan semakin 'over protective' terhadap kehidupan anak. Tapi temani ia melalui masa -masa itu dengan melanjutkan hidup seperti layaknya anak-anak seusianya yakni bermain dan bersosialisasi.
- Â Â Minta bantuan para ahli atau psikolog
Hal ini dapat dilakukan orangtua bila melihat gejala-gejala yang mengkhawatirkan pada anak, misalnya ia menjadi pemurung atau mudah marah, mimpi buruk dan dihantui ketakutan. Mengajak anak rutin mengunjungi psikolog juga sebagai terapi agar anak terhindar dari mata rantai pelaku kekerasan seksual, karena anak dengan riwayat kekerasan seksual berkemungkinan menjadi pelaku berikutnya.Â
Sebagai orangtua, penting sejak dini mengajarkan anak tentang pendidikan seksual. Pendidikan seksual disini adalah bagaimana mengajarkan anak tentang melindungi dirinya, tentang  bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain dan sebagainya. Mari kita jaga dan lindungi masa depan anak kita..
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H