\Akhir-Akhir banyak bahasan tentang utang Indonesia, kata menteri keuangan kita (tentu menteri keuangan indonesia) utang indonesia termasuk aman di banding negara lain. Namun ada pakar ekonom mengatakan tidak aman dengan sebab dan akibat yang beliau kemukakan. Begini kondisi keuangan Indonesia dalam khususnya gambaran utang Indonesia.
Kita bahas dulu sederhananya, Menurut KBBI, utangn1 uang yang dipinjam dari orang lain: membayar -- di bank;2 kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima , Indonsia/ n1 nama negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak di antara benua Asia dan benua Australia. Secara gag langsung, Utang Indonesia adalah kewajiban membayar kembali apa yang sudah di terima. Apa saja tentu saja banyak hal dan banyak aspek yang mengaturnya
        Tulisan kali ini tidak memberikan sebuah keputusan perbedaan antara menteri keuangan dan pakar ekonom yang bertolak belakang dengan menteri keuangan. Tapi tulisan kali ini memberikan gambaran tentan Utang Indonesia, berbanding dengan negara-negara tidak jauh-jauh sampai amerika dan inggris, cukup sampai negara sekitar Indonesia. Agar masyarakt Indonesia khususnya tahu dan bisa diskusi terkait utang indonesia
        Ibaratnya dalam ilmu statistika ada dua hal ilmu dasarnya, statistika deskriptif dan statistika inferensia. Statistika deskriptif memberikan sebuah gambaran (memperjelas suatu data) untuk menjadi mudah di pahami bagi semua orang baik orang awam maupun orang statistika itu sendiri dan gambarannya bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Statistika Inferensia, sebuah ilmu statistika yang hasilnya bersifat keputusan ya atau tidak, baik atau tidak dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dalam hal itu menggunakan statistika deskriptif.
        Berikut gambaran utang Indonesia menurut data terpecaya luar negeri, sumber akan di sampaikan di tengah-tengah pembahasan. Indonesia dalam pandangan dunia dengan negara sekitar.
Kita Mulai dengan pembahasan ASIA timur (termasuk asia tenggara) dengan Pasifikik negara berkembang dan negara di bawahnya.
Arus Keuangan bersih (net financial flows) turun ke $45 Milliar, setara dengan  0,3 persen pendapatan nasional bruto, hal ini di dorong pergolakan tajam tahun 2008 utang jangka pendek Tiongkok. Namun negara-negara lain di kawasan ini juga mencatat arus utang bersih (net debt flows) pada tahun 2015 yang setengahnya dari jumlah ini di tahun 2014.
Aliran hutang jangka panjang (long-term debt inflows) mencapai $ 50 miliar, terbagi rata secara merata antara sektor publik dan peminjam sektor swasta yang tidak dijamin, namun dengan tren yang berbeda di tingkat masing-masing negara. Di Indonesia, misalnya, arus masuk hutang bersih (net debt inflows) ke peminjam sektor publik menyumbang 76 persen dari total arus masuk hutang jangka panjang (long-term debt inflows). Sebaliknya, di Thailand, peminjam sektor publik mencatat arus masuk utang jangka panjang (long-term inflows) sebesar $ 970 juta pada tahun 2015. Penerbitan obligasi bertahan cukup baik pada $ 27 miliar, penurunan yang relatif moderat dari $ 31 miliar yang dikeluarkan pada tahun 2014. Sebagian besar negara mencatat sebuah kontraksi dalam waktu singkat. Utang utang, yang berakhir tahun ini dengan arus keluar $ 18 miliar. Seperti di sebagian besar wilayah lainnya, arus modal bersih jauh lebih baik daripada arus utang pada tahun 2015, dengan FDI terbukti tangguh dan membukukan kenaikan 2 persen moderat.Â
FDI ke Tiongkok melambat karena investasi di sektor manufaktur mengalami stagnasi seiring dengan turunnya pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian investor terhadap hasil di masa depan, dan sebagai konsekuensi kenaikan upah dan biaya produksi yang telah mengurangi keuntungan Tiongkok dalam manufaktur padat karya. Namun, pasar mobil potensial Tiongkok, terutama di daerah pedalaman yang padat, mendorong arus ke sektor otomotif, dan bersamaan dengan investasi ke sektor jasa, FDI tetap terjaga dan tidak berubah dari tahun 2014. Negara-negara Asia Timur dan Pasifik, tidak termasuk Tiongkok, Menerima FDI $ 54 miliar, sekitar 5 persen di bawah tingkat 2014, dimana sekitar 68 persen pergi ke Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Ketidakpastian ekonomi jangka pendek melihat penurunan FDI ke Indonesia pada tahun 2015.Â