Sahabat kompasiana, pernahkah mendengar lagu jawa yang berjudul “dondong opo salak”? bagi masyarakat jawa pasti tak asing dengan lagu daerah tersebut. Tembang jawa ini sering dinyanyikan oleh ibu untuk buah hatinya. dalam tembang ini banyak sekali pelajaran hidup yang membuat kita tersadar akan artinya sebuah perjuangan. [caption caption="KEDONDONG-SALAK-DUKU"][/caption]
Pada bait awalnya tertulis lirik :
Dondong opo salak (buah kedondong apa salak)
Duku cilik-cilik (Duku kecil-kecil)
Ngandong opo mbecak (naik andong apa becak)
mlaku timik-timik (jalan pelan-pelan)
Lalu apa makna dari sederet kata berbahasa Jawa itu?
Dondong apa salak. Mengandung makna bahwa dalam hidup ini apa yang akan anda pilih? Ingin jadi pribadi manakah anda? Apakah buah kedondong yang luarnya halus, tetapi dalamnya kasar dan tajam? Apakah buah salak yang luarnya kasar dan tajam, tetapi dalamnya halus? Yaa..pelajaran tersirat dari larik pertama ini adalah setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satunya adalah menjadi kedondong dan salak atau bisa disebut sebagai orang yang munafik. Mengapa demikian? Karena apa yang nyata terlihat tidak sejalah dengan apa yang ada di hati.
Selanjutnya pada larik kedua “duku cilik-cilik” yang mengandung makna bahwa daripada memiih menjadi kedondong atau salak, lebih baik memilih duku. Mengapa demikian? Karena duku itu dalam dan luarnya halus, meskipun buahnya kecil-kecil. Menunjukkan bahwa dalam hidup seharusnya antara tindakan, kata, dan hati itu seiya sekata. Meskipun hanya sedikit tindakan yang kita lakukan dengan seiya sekatanya hati dan perbuatan, namun itu sangat bernilai bagi hidup kita. Selain itu kita mampu mendapat kepercayaan dari orang lain dimana hal itu sangat sulit didapatkan. Dengan adanya kepercayaan dari orang lain, kita mampu berkonstribusi dalam suatu aktivitas yang kita lakukan dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati.
Lanjut pada larik ketiga, “ngandong atau becak” yang berarti apakah dalam hidup ini kita memilih mandiri atau begantung dengan orang lain? Arti ngandong adalah naik alat transportasi tradisional dengan bantuan tarikan kuda. Jika menaiki alat tranportasi tersebut, berarti kita bergantung orang lain atau membebani orang lain dengan pikulan kepentingan kita. Begitu pula dengan becak, dimana becak akan berjalan jika ada orang yang mengayuhnya. Demi kepentingan diri sendiri, kita melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Terkadang kita tak menyadari, jika apa yang kita lakukan itu membebani orang lain.