Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Suara Disko Vol 7; Pesta Dendang Lantai Dansa Era 80

21 Mei 2017   08:09 Diperbarui: 21 Mei 2017   08:29 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompilasi dari Emosi dan memorabilia, didukung cerita pongah dari generasi tua pernah muda bahwasanya mereka adalah generasi emas, penuh warna, sedang banal banalnya dan tidak akan pernah sama lagi mungkin telah mengendap, Menjadi trigger untuk setidaknya memunculkan rasa iri bagi jiwa jiwa milenial yang hidup di era kini. Jikalau kata orang budaya berjalan berputar-putar, maju ke depan secara spiral. Katanya tidak ada budaya yang mati, hanya kita saja yang dihinggapi merasa bosan. Hingga mungkin suatu saat ada yang membangunkannya dan biasanya diikuti dengan Emosi yang lebih dan membuncah ruah.

Hal tersebut dapat terjadi pada Jumat malam 19 mei 2017 pada salah satu sudut kecil kota Yogyakarta. Berhajat di Canting restoran, Suara Disko vol 7 sukses mengajak para kawula muda jogjakarta untuk dapat merasakan dan sekedar sedikit mencicipi bagaimana cerita pongah lampau itu kembali dinikmati.

Adalah sekelompok anak muda gila Jakarta yang sukses menciptakan semacam mesin waktu berbalut aroma disko selekta, kolektif dengan pentolan duo kolektor piringan hitam yaitu Merdi dan Aat sebagai Disc Jockeyyang menyajikan genregroove-funk-disko. Atmosfir intim hura hura langsung mengental di dalam ruangan yang tidak begitu besar serasa sangat pas menciptakan keintiman dan semburat wajah ayu berseri seri muncul dari siapa saja yang larut di dalamnya.

 Tembang hits 80an yang sejak lama menjadi sekedar artefak mengendap pada bagian otak yang terlalu dalam ditarik muncul ke permukaan dan dibiarkan mengular liar sekaligus mengajak berdendang santai pada saat bersamaan. Akan terasa sangat kasihan bagi mereka yang jiwa rayanya masih waras dan hanya mematung serta tidak merelakan tubuh untuk berdansa dan sing along bersama menyambut cinta di udara.

Nomor nomor ampuh dekade yang lampau terus diputar mulai dari almarhum Chrisye yang berelemen keceriaan seperti galih ratna, hip hip hura, juwita,sampai lagu andal anak sekolah. Beberapa nomor Guruh Soekarnoputra yang melegenda, hingga tembang dari negeri seberang seperti Sinaran milik Sheila Majid dan Ratu Dansa milik Carefree tanpa ampun menyandera dalam warna silam dan enggan untuk kembali.

Belum lagi saat maestro Faris RM yang tampil dan mengambil alih perhatian. Tembang imortal seperti Barcelona, Selangkah ke Seberang, hingga Sakura dilantunkan tanpa jarak dari khalayak kerumunan. Ia seperti sosok yang enggan terlihat uzur dan masih pantas menjadi patron, lebih lebih menjadi god father bagi kalangan generasi menolak tua. Pun hanya tampil dengan durasi yang tidak lama, Ia sukses mengambil perhatian dan mereduplikasi kembali, menjadi pengingat bahwa era tersebut adalah salah satu tonggak penting dalam khazanah musik Indonesia. Bagi pribadinya mungkin  Fariz berhasil pamer dengan gemilang bahwa era lampau memang cemerlang. Akan salah rasanya  jika kembali dari skena tersebut tak lantas menjadi obrolan hangat antara anak dengan orang tua.

Sepuntung rokok di kanan dan sebotol beer di kiri niscaya adalah kompilasi ciamik menikmati lantunan yang menuntun untuk mencapai klimaks. tak dibiarkan mengendurkan euforia, selepas Faris RM, Aat dan Merdi langsung menyambung dengan Gelora Asmara dari Groove Bandit dan memaksa para penikmat pesta untuk tak berhenti berkaraoke. Beberapa pengunjung juga merespon dengan bernyanyi menggunakan microphone. Tak peduli apakah ia bersuara renyah ataukah cekak parau, memang bukan menjadi soal karena apapun nuansa yang ada di balik lagu disko ia akan jadi sesuatu yang gembira dan pantas dirayakan.

Tak terasa waktu telah berjalan begitu cepat dalam lorong zaman yang terasa sangat sempit dan tiada sekat, waktu memang kadang tak seluas samudera, embunpun sebentar akan tiba dan terasa, tanda bahwa pesta akan usai dan kembali pada hidup yang kini.

Suara disko tidak hanya menyajikan repertoar apik yang membuat siapapun enggan untuk pulang, namun juga edukasi bahwa indonesia mempunya harta karun masa lampau yang sangat berharga dan sayang untuk tidak dikenali dan dinikmati pada masa kini. Layaknya seperti saat berkendara, menegok sekejap ke belakang adalah salah satu cara aman untuk berjalan maju ke depan. tidakkah sekedar menengok ke belakang itu indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun