Mohon tunggu...
Cerpen

Tentang Umpatan dan Dramatisasi Hujan

21 Mei 2017   17:56 Diperbarui: 21 Mei 2017   18:32 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”

Dibalut dengan petikan gitar akustik, intonasi yang tersirat kedamaian yang teramat, menandakan aransemen hatinya tentang konsepsi percintaan untuk berujar bahwa semua akan baik baik saja. sejurus kemudian akupun tersenyum sendiri menemukan chemistry yang pas dari adegan itu.

“bangsat, mereka menampilkan repertoar yang brilian”, umpatan ketiga dan semoga menjadi yang terakhirpun terujar khidmat.

Dalam ranah yang melibatkan rasa buruk sangka. Keluarga tersebut telah sukses besar pongah dan sombong pamer pada semesta.

“ini yang dinamakan cinta ndes !!!”, sejenak pikirku melayang membayang mereka bersabda dengan kepala mendongak.

“Ah, sepertinya aku sudah terlalu sering menonton film karya Quentin Tarantino dan film-film yang dibintangi si tua bangka Morgan Freeman yang kelewat terseterotipe dengan sosok ke-Tuhanannya”. Tapi, tapi, tapi, sepertinya ini adalah sountrack yang paling pas, sangat keren, bahkan lebih keren dari makna keren itu sendiri. Keren.

Seperti tersengat oleh bagian klimaks Bohemian Rhapsody, aku baru saja tersadar bahwa puisi Sapardi di atas menyiratkan Sang Penyair sedang pamer cinta yang kadang tak dapat ditangkap instan oleh kelima indra jasmani. Sebuah kisah pertemuan hujan sebagai hal yang bersifat kodrat, dan awan melambangkan fitrah dimana air hujan akan jatuh dan bertemu dengan tanah. Hujan lantas jatuh ke tanah begitu saja sebagai garis. Terkesan sepele, wajar, ihklas dan tanpa hal yang dipaksakan. Seolah hanya akan tiba pada waktu yang biasa. Sama seperti keluarga tersebut pertontonkan, mereka pamer rasa cinta dengan pongah dan tanpa tendensi pada saat yang bersamaan. Terlihat sederhana, ihklas, dan tanpa membuat cerewet siapapun yang melihatnya. Sejatinya keluarga itu sedang memberi contoh kisah percintaan yang paling mewah, karena sesungguhnya mencinta yang paling mewah adalah mencinta dengan sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun