Mohon tunggu...
Hanifa Rahma Fatiha Azzahra
Hanifa Rahma Fatiha Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi - UIN Sunan Kalijaga

Berusaha berbagi tulisan yang bernilai guna. IG: @hanifa.nipeh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ubah Rasa "Insecure" Menjadi Bersyukur

13 Juni 2022   12:01 Diperbarui: 13 Juni 2022   12:06 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, kata insecure sedang ramai menjadi perbincangan. Itu terjadi karena banyak anak muda zaman sekarang yang sedang mengalaminya. Ada yang merasa insecure karena alasan fisik, latar belakang pendidikan, masalah ekonomi, strata sosial, masa depan, bahkan karena jerawat di wajahnya.

Padahal, saat kita merasa insecure itu, sebetulnya karena memang ada masalah dari diri kita atau juga karena standar sosial yang dibuat oleh orang lain. Rasa insecure itu yang menyebabkan kita tidak percaya diri berada di lingkungan sosial, bahkan tidak percaya diri terhadap diri sendiri. Dan ini adalah masalah yang harus kita hadapi bersama-sama.

Memahami definisi insecure

Seperti yang kita ketahui, kata "insecure" ini berasal dari Bahasa inggris, yaitu gabungan dari kata "secure" yang berarti aman, dan "in" yang berarti tidak. Jadi, insecure adalah rasa tidak aman.

Menurut oxford dictionary, insecure adalah tidak percaya diri atau tidak yakin atau cemas dengan diri sendiri atau hubungannya dengan orang lain. Maksudnya adalah kita cemas tentang penerimaan terhadap diri kita dan orang lain dan juga pandangan orang lain terhadap diri kita.

Sebenarnya, yang jadi pertanyaan adalah rasa percaya diri ini hadir karena kemauan kita sendiri atau karena memenuhi standar dari orang lain. Contohnya, standar kecantikan. Cantik menurut kita itu adalah cantik dari definisi kita sendiri atau lingkungan yang menentukan standar cantik itu.

Contoh lain, yaitu standar kepintaran. ketika orang-orang mengatakan bahwa pintar itu dilihat dari IQ, nilai, atau rapor yang itu sebenarnya adalah standar yang dibuat lingkungan atau kita memilih mendefinisikan pintar menurut kita, yaitu ketika dengan kita merasa paham terhadap sesuatu dan pemahaman itu cukup untuk kebutuhan dalam menjalani hidup.

Dapat disimpulkan, insecure hadir karena memenuhi standar yang dibentuk oleh lingkungan. Dan tentu kita akan merasa capek banget kalau terus-terusan mengikuti ekspektasi orang lain yang padahal standar yang ada saat ini pasti akan berubah sesuai perkembangan zaman.

Alasan kenapa kita merasa insecure

Pertama, takut gagal atau penolakan dari lingkungan. Takut gagal dan penolakan sangat memengaruhi harga diri dan dapat menurunkan rasa percaya diri. Penolakan tentu membuat kita melihat diri kita sendiri secara lebih negatif, setidaknya untuk sementara waktu.

Namun, kita perlu memahami bahwa kegagalan adalah pengalaman yang hampir ada di mana-mana dan itu merupakan langkah awal untuk sebuah kesuksesan.

Yang kedua, terlalu perfeksionis. Beberapa dari kita memiliki standar yang sangat tinggi untuk semua hal yang kita lakukan. Sayangnya, hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, bahkan jika kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh.

Ada bagian dari hasil yang sebenarnya di luar kendali kita. Jika kita terus-menerus merasa kecewa dan menyalahkan diri sendiri karena tidak sempurna, kita akan mulai merasa insecure dan tidak berharga.

Dan yang ketiga, kecemasan sosial atau berusaha untuk memenuhi standar sosial. Banyak dari kita mengalami kurang percaya diri dalam situasi sosial, seperti pertemuan keluarga atau wawancara. Rasa takut dievaluasi oleh orang lain dan dianggap kurang menarik dapat membuat kita merasa cemas dan sadar diri.

Cara berdamai dengan perasaan insecure

1. Menerima diri kita apa adanya

Kita perlu menyadari bahwa ada hal dalam diri kita yang masih bisa kita ubah, maka diusahakan kita ubah jadi lebih baik. Dan ada yang tidak bisa kita ubah yang itu adalah anugerah dari tuhan yang perlu kita terima. Misalnya, warna kulit. Penerimaan terhadap diri sendiri adalah awal kita mulai mengenal diri sendiri dan menyadari kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.

2. Fokus pada kelebihan

Setiap manusia pasti ada kelebihan dan juga ada kekurangan. Yang menjadi kekurangan, kita terima dan perbaiki dengan baik untuk hal-hal yang masih bisa kita kembangkan. Dan kita perlu fokus pada kelebihan yang kita miliki dan menjadi kekuatan kita selama ini dan itu akan membuat kita menjadi lebih mencintai diri dan bersyukur dengan apa yang ada dalam diri kita.

Misalnya, secara finansial merasa kurang, mari kita lebih bersyukur ternyata di luar sana masih ada yang ketika lahir ke dunia tidak kenal dengan orangtuanya, bahkan tidak tahu orang tuanya sekarang ada di mana dan masih hidup atau tidak.

3. Bersyukur dengan apa yang kita punya

Cara untuk menerima diri sendiri adalah dengan fokus pada kelebihan dan bersyukur terhadap diri kita sendiri. Hal ini bisa banget kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan bisa mulai dari hal paling kecil ketika kita bangun tidur, mulai dari pagi hari kita melakukan setidaknya 30 menit untuk hal yang kita suka dan mengurangi bermain sosial media.

Misalnya, supaya tidak membandingkan diri dengan orang lain, kelilingi diri kita dengan orang-orang sekitar kita yang suportif. Suportif adalah yang ketika ada hal baik maka diapresiasi dan ketika kita melakukan kesalahan maka dikritik.

Waktu dan fokus kita itu terlalu terbatas kalau hanya dipakai sekadar untuk menyalahkan keadaan dan diri sendiri. Yang mana semua itu hanya membuat rasa insecure kita tinggi.

Maka, lebih baik kita habiskan masa muda kita untuk fokus pada kelebihan kita dan bersyukur dengan cara memaksimalkan potensi diri dan kita akan bisa melihat gambaran masa depan kita. Tidak peduli apapun yang terjadi, kita perlu menghabiskan masa muda kita dengan terus bersyukur.

Selamat memperbaiki diri dan menerima diri sendiri! Jangan lupa bersyukur!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun