Politik identitas telah menjadi topik panas dalam konteks demokratisasi di Indonesia, terutama menjelang Pemilu 2024. Strategi ini melibatkan penggunaan identitas sosial seperti suku, agama, atau ideologi untuk memperoleh dukungan. Namun, praktik ini sering kali berkontribusi pada polarisasi dan konflik antarkelompok, yang dapat mengganggu stabilitas demokrasi.
Contoh Kasus Di Indonesia, identitas politik telah tercatat dalam beberapa pemilu sebelumnya, seperti Pemilihan Presiden 2019. Pada saat itu, isu-agama menjadi sangat dominan, dengan beberapa partai politik menggunakan identifikasi keislaman untuk memenangkan dukungan massa. Contohnya, Partai Ummat secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka akan menggunakan identitas keagamaan dalam Pemilu 2024, menyoroti pentingnya agama dalam pandangan mereka tentang dunia politik
Politik identitas di Indonesia menghadapi beberapa tantangan signifikan menjelang Pemilu 2024;
1. Adanya polarisasi sosial yang blm meningkat akibat eksploitasi identitas oleh politisi untuk menarik dukungan, yang dapat memicu konflik antar kelompok
2. Timbul kebencian yang menyebar melalui media sosial, menciptakan ketegangan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas
Upaya pencegahan politik identitas di masa yang akan datang,Â
1. Pendidikan Politik : Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya toleransi dan pemahaman akan perbedaanÂ
2. Literasi Digital : Mengedukasi masyarakat tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran hoaks
3. Regulasi Ketat : Pemerintah perlu memperkuat regulasi terkait kebencian dan politik identitas tanpa melanggar prinsip kebebasan yang dikemukakan.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat memperkuat demokrasi dan mencegah dampak negatif dari politik identitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H