Mohon tunggu...
Hanif Akhtar
Hanif Akhtar Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Nature

MAPALA : Mahasiswa Pe…. Alam

5 April 2013   22:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:40 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“ Pak, mau tanya, kalau jalur pendakian Sindoro lewat Sigedang dibuka nggak ya Pak?”

“ Buka. Maaf ini siapa darimana ya?”

“ Kami dari UGM Pak, rencana mau mendaki besok sabtu”

“ Oh ya, kebetulan kami sedang butuh bantuan. Hanya mahasiswa yang bisa menolong kami”

…………………….

Begitulah kira-kira percakapan SMS kami dengan Bapak bascamper Gunung Sindoro. Takut juga mendapat balasan SMS seperti itu. “Hanya mahasiswa yang bisa menolong kami”. Pikiran kami langsung menuju ke hal-hal mistis seputar gunung.

Sesampainya disana, Bapak menceritakan maksud SMS tadi. Beliau bercerita tentang kondisi hutan di lereng Gunung Sindoro yang sekarang menjadi objek pembalakan, khususnya di lereng gunung yang ada di Kabupaten Temanggung. Pihak Perhutani yang diharapkan mampu mengontrol pembalakan itupun ternyata diam saja. Melihat hutan di lereng gunung yang terus-menerus menjadi korban itu beliau tidak bisa diam. Beliau beranggapan segala bencana alam yang terjadi di sekitar gunung itu lantaran Sang Gunung marah karena hutannya ditebangi semena-mena. Beliau sudah mencoba berbicara ke beberapa pihak terkait, namun omongan beliau tidak digubris, bahkan sempat diancam untuk tidak campur tangan. Oleh karena itulah beliau meminta bantuan mahasiswa. Beliau menganggap mahasiswa lah pihak yang paling vokal dan mempunyai pengaruh besar pada pembuatan kebijakan. Beliau masih ingat ketika para mahasiswa mampu merobohkan kedigdayaan pemerintahan orde baru.

Saya tertegun, serasa tertampar, tidak tahu harus berkata apa. Kemudian saya berpikir kembali tentang esensi dari organisasi yang saya geluti selama tiga tahun ini. MAPALA, Mahasiswa Pecinta Alam. Jika melihat nama dari organisasi mahasiswa ini tentulah organisasi ini bersifat positif. Namun faktanya kadang tidak seperti itu. Banyak anggapan negatif terhadap organisasi kepecintaalaman tersebut. anggapan tersebut berhubungan dengan vandalism yang ada di gunung, tebing, dan goa serta sampah-sampah yang banyak bertebaran wilayah tersebut. Entah itu memang MAPALA yang melakukannya atau orang lain, namun ada baiknya kita menelaah kembali visi organisasi kepecintaalaam tersebut.

MAPALA, Mahasiswa Pecinta Alam. Seharusnya merekalah yang paling mencintai alam. Mencintai berarti tidak sekedar menikmati namun juga rela berkorban dan menjaganya. Namun kondisi sekarang seperti MAPALA ini kehilangan visi nya. Atau tidak lagi menyadari esensi dari namanya. Mencintai alam diartikan sebagai menikmati alam saja, dan yang penting berbau alam. MAPALA sekarang lebih fokus ke kegiatan petualangan, baik itu naik gunung, panjat tebing, susur gua, atau arung jeram yang lebih berfokus untuk memuaskan kenikmatan pribadi. Dan parahnya MAPALA yang tidak melakukan hal yang demikian inilah yang dianggap MAPALA yang “cupu”. Hingga akhirnya MAPALA ini diterjemahkan ke banyak hal, Mahasiswa Penikmat Alam, Mahasiswa Pejelajah Alam, Mahasiswa Penjajah Alam, bahkan yang paling parah Mahasiswa Perusak Alam.

Memang tidak semua MAPALA hanya berkegiatan yang mencari kenikmatan pribadi. Masih banyak juga MAPALA yang peduli pada lingkungan. Ya, alam telah meberi kita banyak kenikmatan. Alam telah memberi gunung yang indah untuk kita daki. Alam telah memberi gua beserta isinya yang indah untuk kita susuri. Dan alam telah memberi apa yang kita butuhkan untuk kita hidup. Jika MAPALA masih merupakan akronim dari Mahasiswa Pecinta Alam, bukan Mahasiswa Pe-apapun Alam, mari kita buktikan makna yang ada dalam kata “pecinta” itu. Cintailah alam, karena alam sudah memberi yang terbaik untuk kita. Bayangkan jika nanti alam menghentikan pasokan oksigennya untuk kita bernafas karena sudah terlalu tercemar, atau menghentikan aliran air bersihnya untuk kita minum karena terkontaminasi zat beracum.

Dan sebagai mahasiswa, mari kita tunjukkan bahwa mahasiswa bukanlah golongan yang manja. Hanya menuntut tanpa memberi. “Apa sih yang tidak bisa dilakukan mahasiswa, meruntuhkan pemerintahan saja bisa”. Menjaga dan melestarikan alam memang bukan tugas mahasiswa semata, namun setidaknya keteladanan itu dimulai dari diri sendiri. Dan menjadi MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam), seharusnya tidak hanya bagi bagi sekelompok orang tertentu saja, namun semua mahasiswa seharusnya adalah pecinta alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun