Mohon tunggu...
Siti Hani Nursyamsiah
Siti Hani Nursyamsiah Mohon Tunggu... -

Hidup dengan menghidupkan kehendak Yang Maha Menghidupkan\r\n\r\nhttp://hanny.blogdetik.com\r\nhttp://shaninologi.wordpress.com\r\nhttp://shanindisini.blogspot.com\r\nhttp://hanny.blogdetik.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengingat " Si Batu Kecil"

10 Oktober 2012   19:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya ini tulisan di blog saya, tapi dishare di sini gapapa kan? isinya true story,he Semoga bermanfaat ^^

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.

Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali.

Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

—————————————————————————————-

Sahabat, kisah di atas mengingatkan kita bahwa Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Allah melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Allah sering menjatuhkan “batu kecil” kepada kita.

Untuk lebih meyakinkan lagi, yuk kita baca satu cerita lagi, yang ini kisah nyata lho.. , selamat membaca dan semoga dapat menjadi pelajaran untuk kita.. Cekidoot….

Seorang mahasiswa yangselalu mendapatkan nilai bagus padahal ia jarang belajar bahkan belajar hanya ia lakukan saat esoknya akan ada ujian. Sejak kecil ia memang selalu menjadi juara di kelasnya, dengan kecerdasannya lagi-lagi ia dapatkan itu tanpa harus belajar dengan susah payah. Setelah menginjak bangku kuliah, ia masih mengalaminya, bahkan semua itu telah membuatnya nyaman dengan keadaan itu. Saking nyamannya, ia jadi malas belajar dan agak mengesampingkan masalah kuliahnya dan lebih fokus di organisasi kampusnya, karena ia pikir walaupun begitu nilai-nilainya akan tetap bagus. Kalau sudah begitu, apakah itu namanya sombong?? Merasa hebat tanpa belajar..Naudzubillah..

Padahal tanpa ia sadari, kemudahan-kemudahan yang ia dapatkan selain merupakan rahmat dari Allah, tapi hal itu juga adalah ujian dari Allah. Allah ingin tau seberapa bersyukurkah kita kepada-Nya.

Sehingga sampai pada suatu ujian, pada satu mata kuliah ia mendapatkan nilai yang kurang baik bahkan dapat menjatuhkan IPK-nya, karena nilai yang kurang baik itu jatuh di mata kuliah yang berbobot tiga kali lebih besar dari mata kuliah lainnya bahkan kalau nilai mata kuliah ini hanya B+, ia dapat meraih cumlaude, karena nilai-nilai mata kuliah lainnya bagus.Pada awalnya ia tidakpercaya apalagi menerimanya, sulit rasanya untuk mempercayai apalagi mengikhlaskan nilai yang ia dapat, bagaimana tidak? Ia memang malas belajar, tapi itu di mata kuliah lainnya yang ternyata tetap bernilai bagus sedangkan untuk satu mata kuliah ini ia belajar mati-matian agar mendapatkan nilai yang sangat bagus karena mata kuliah ini adalah baru untuknya ia mengambil jurusan yang berbeda dengan di sekolah dulunya-. Dan sebenarnya ia juga merasa nilai yang ia dapat tidak sebanding dengan kemampuannya, terlalu parah,gak sesuai, gak adil, batinnya. Lagipula ia juga merasa tidak ada yang salah dengan kehadirannya di kelas bahkan saat ujian pun ia merasa baik-baik saja, tak ada kesulitan yang cukup berarti. Ia merasa hal ini tak adil dan menurutnya ini ada yang tidak beres. Tapi mau diapakan lagi, bisa jadi ini adalah teguran dari Allah karena kenyamanannya yang membawanya menjadi seorang yang malas, dan hampir memunculkan sifat sombong dalam dirinya. Akhirnya ia menyadari kelalaiannya, dan menjadikan semuanya pelajaran berharga agar menjadi hamba-Nya yang lebih bersyukur.. the end-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun