Mohon tunggu...
Hanifahtul Hidayah
Hanifahtul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis sebisanya

Sedang berproses.

Selanjutnya

Tutup

Film

Antropolinguistik dan Thriller Malaysia "Pendatang"

18 Januari 2025   09:40 Diperbarui: 18 Januari 2025   09:50 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film menjadi salah satu hal yang menarik dalam kehidupan saat ini. Film tidak hanya berperan sebagai sebuah karya yang diproyeksikan, namun dapat dianalisis dan dikaji  secara mendalam. Sumarno (dalam Rahma Salbiah, 2021) menyatakan bahwa film merupakan seni mutakhir dari abad 20 yang dapat menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan dapat memberikan dorongan terhadap penontonnya. Film menjadi salah satu media yang sangat penting digunakan pada saat ini untuk menyampaikan pesan-pesan dan ideologi kepada masyarakat, serta film mampu merepresentasikan beberapa kejadian yang terjadi di dunia nyata karena film memiliki sifat realitas yang kuat (Nur Chici P., dalam Rahma Salbiah, 2021).

Film yang mampu merepresentasikan beberapa kejadian di dunia nyata salah satunya adalah film yang berasal dari negera tetangga Indonesia yaitu, Malaysia. Malaysia dikenal sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang masih menghadapi masalah terkait dengan etnik dan pendatang asing. Pendatang asing tersebut terdiri atas beberapa etnik, yaitu  Cina, India dan sebagainya. Isu terkait hubungan etnik di Malaysia ini menjadi perbincangan karena sering terjadi konflik antar etnik tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Isu tersebut berkaitan dengan sikap dan prasangka individu dari kalangan etnik yang berbeda.

Film Malaysia yang mengangkat isu etnik atau mengarah ke hal-hal yang berbau rasisme adalah film yang berjudul "Pendatang" karya Ng Ken Kin. Film "Pendatang" merupakan salah satu film Malaysia yang bergenre thriller. Thriller biasanya mengangkat tema cerita yang berkaitan dengan kehidupan yang realistis. Thriller juga bertujuan untuk membuat para penontonnya merasakan tegang dan terpacu adrenalinnya selama menonton film yang disuguhkan tersebut. Biasanya thriller mengandung pesan moral yang lebih berat, misalnya pesan moral tentang ideologi, keadilan, dan sebagainya.

Berdasarkan film tersebut, terdapat kaitan antara bahasa dan gender. Bahasa mampu mengidentifikasi seseorang sesuai gendernya. Bahasa tidak hanya digunakan seseorang untuk mengekspresikan perasaan, ide dan gagasannya, namun juga untuk mengonseptualisasikan, mengkonstruksi, menginterpretasikan dan mencitrakan apa saja yang ada di dunia sekitarnya. Sebagai sistem tanda, bahasa turut berperan dalam membentuk, mengungkapkan, dan menyimbolkan realitas suatu kebudayaan (Raharjo, Mahsun, dalam Elisa, 2021)

Dalam hal ini, konstruksi dalam hubungan antara gender dengan film tersusun atas agama, budaya, ekonomi, politik, etnik, dan suatu tempat yang saling berkaitan. Sehingga jika tidak ada unsur pembentuk relasi gender tersebut, maka akan terjadi ketidakseimbangan pola relasi gender. Gender berbeda dengan jenis kelamin, namun bersangkutan dengan persoalan budaya yang mengatur konstruksi sosial laki-laki dan perempuan, dan hubungan sosial antara mereka. Pembicaraan tentang bahasa dan gender belakangan ini menjadi sesuatu yang menarik dan layak untuk dikaji secara mendalam.

Tanpa disadari, antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan. Perbedaan itu tentunya terjadi sebagai akibat dari faktor sosial dan budaya yang melingkupinya. Hal ini ternyata dapat dikaji melalui kajian antropolinguistik. Duranti menyatakan bahwa antropolinguistik menjadi sumber budaya yang mengkaji bahasa dan praktik budaya tuturannya. Antropolinguistik difokuskan pada makna alamiah metabahasa seperti kajian budaya, kajian wacana kebudayaan, kajian etnografi, kajian komunikasi lintas budaya, kajian kebudayaan dan perubahan bahasa, dan kajian etnografi budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun