Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gas Melon Kembali Langka, Kemana SDA Kita yang Kaya?

11 Januari 2024   22:07 Diperbarui: 12 Januari 2024   11:04 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, penimbunan. Adanya ketidaksinkronan dari pihak agen dan penyalur menyebabkan gas elpiji 3 kg yang telah disalurkan mengalami penahanan oleh oknum-oknum warga yang memanfaatkan kondisi kelangkaan gas ini dengan menimbun. Akhirnya ketika di lapangan, gas sulit didapat dan baru dimunculkan dengan harga yang jauh lebih mahal. Masyarakat yang sudah putus asa dan sangat membutuhkan gas tersebut untuk kebutuhan memasak, akhirnya mau tidak mau harus membeli walau harganya mencekik. 

Kedua, Keterlambatan pengantaran distribusi. Seperti yang telah disampaikan bahwa adanya kelangkaan gas elpiji 3 kg disebabkan keterlambatan pengiriman ke pangkalan karena adanya hari libur natal 2023 dan tahun baru 2024. Namun anehnya keterlambatan penyaluran gas ini sering kali terjadi di luar hari libur dan ketika disalurkan pun justru malah diselewengkan oleh beberapa oknum.

Akan tetapi, kedua faktor penyebab gas langka tersebut sesungguhnya disebabkan oleh faktor utama yaitu kesalahan regulasi pemerintah dan pengurangan kuota untuk mengurangi subsidi. Jika kita mau mengkritisi, saat ini pemerintah hanya sekedar menjadi regulator yang tugasnya membuat pengaturan pada distribusi gas elpiji 3 kg saja namun tidak cukup berani untuk turun tangan langsung melihat kondisi riil masyarakat yang sering mengeluh akan langka dan mahalnya gas melon.

Pemerintah hanya sekedar membuat kebijakan subsidi gas melon yang hanya ditujukan untuk rakyat kecil atau pelaku UMKM. Sedangkan rakyat yang dinilai mampu tidak diperbolehkan membeli. Padahal mereka juga sama-sama rakyat yang harusnya memiliki hak yang sama dalam mengakses kebutuhan pokok seperti gas. Apalagi kondisi ekonomi hari ini yang serba sulit, tidak menjamin masyarakat akan terus mampu. 

Seharusnya jika pemerintah menyediakan gas dengan jumlah yang cukup dan rata, maka setiap rakyat seharusnya bisa mendapatkan gas dengan mudah dan terjangkau. Namun nampaknya ada kesengajaan dari pemerintah untuk mengurangi kuota gas bersubsidi agar rakyat terbiasa membeli barang non subsidi hingga tidak menutup kemungkinan di masa depan semua barang bersubsidi akan dihilangkan.

Bahkan, selain sekedar menjadi regulator, pemerintah juga menjadi fasilitator yang tugasnya memfasilitasi investor untuk menguasai kekayaan alam seperti minyak dan gas secara serakah dan serampangan. Padahal tercatat bahwa Indonesia adalah negara pengekspor gas alam terbesar di dunia. Potensi cadangan gas di Indonesia lebih besar daripada minyak bumi. Namun saying kekayaan alam yang besar ini justru bukan dimiliki oleh rakyat melainkan pihak asing atau swasta akibat sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan negara hari ini.

Oleh karenanya perlu solusi fundamental dalam mengatasi persoalan gas yang langka dan mahal ini agar rakyat tidak terus menerus hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Bagaimana solusi tersebut?

Islam Solusi Fundamental

Sebagai agama yang komperehensif, Islam telah menurunkan seperangkat aturan untuk memuliakan kehidupan manusia agar berjalan seimbang dan tidak menimbulkan kerusakan. Namun jika hari ini justru banyak kerusakan dan kezaliman, artinya Islam tidak digunakan sebagai acuan untuk menyelesaikan persoalan.

Dalam hal pengelolaan sumber daya alam seperti gas, Islam telah memberikan aturan bahwa seluruh SDA adalah harta milik umum yang pemanfaatannya dikembalikan untuk kemaslahatan rakyat semata. Bukan justu diserahkan kepada asing yang akhirnya hasil pengelolaanya hanya berputar di kalangan mereka. Hal ini telah ditegaskan dalam hadis Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam:

"Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api." (HR Abu Dawud dan Ahmad).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun