Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)
Isu terkait LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di kalangan masyarakat semakin masif, tak peduli banyak bahaya yang mengintai seperti timbulnya ragam penyakit seksual, penyalahgunaan obat terlarang, gangguan pola makan, gangguan hormon hingga kanker. Bahkan yang lebih mengejutkan, isu LGBT ini telah menyasar di kalangan anak pada beberapa hari yang lalu di daerah Pekanbaru, Riau. Pasalnya, tersebar kabar bahwa ditemukan adanya grup Whatsapp LGBT yang diisi oleh anak-anak SD di Pekanbaru, Riau.
Kabar ini pun diinformasikan kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan (Kemen PPPA), yang akhirnya ditindaklanjuti langsung oleh Dinas Pendidikan Pekanbaru, bahwa informasi mengenai grup Whatsapp LGBT di kalangan anak SD adalah informasi yang keliru. Informasi yang benar bahwa grup Whatsapp LGBT hanya ditemukan pada murid SMA.
Pemerintah Kota Pekanbaru pun mengambil sikap akan menggelar rapat bersama seluruh kepala SMP, SD bahkan PAUD untuk membahas upaya penanganan masalah yang berkenaan dengan LGBT di lingkungan sekolah. "Para orang tua harus memantau perkembangan serta pergaulan anak agar terhindar dari lingkungan yang bisa memengaruhi orientasi seksual mereka. Anak itu kan di rumah ada orang tua, di sekolah ada guru. Harapannya anak itu bisa terus dipantau dan dilihat," Ujar Muflihun, Pejabat Wali Kota Pekanbaru.
Muflihun menjelaskan, Pemerintah Kota telah mengupayakan agar Dinas Pendidikan memasukkan materi pelajaran muatan lokal yang ditujukan untuk mencegah penyimpangan orientasi seksual. Selain itu, Muflihun meminta para pemuka agama di Kota Pekanbaru agar bersama-sama membangun gerakan masif untuk menyampaikan haramnya LGBT dalam agama dan juga merupakan bentuk kejahatan.
LGBT Makin Eksis
Eksisnya perilaku LGBT tak bisa dipandang remeh karena LGBT telah menyasar di kalangan anak yang notabenenya mereka adalah harapan ummat dan calon pemimpin peradaban. Apa jadinya jika calon pemimpin peradaban telah terpapar ide rusak seperti LGBT ini? Tentu kehancuran peradaban tak dapat dihindarkan.
Sungguh pergaulan yang merusak remaja saat ini adalah akibat buruk dari diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang melingkupi hidup ini. Sistem ini telah meniadakan aturan agama dalam membentengi masyarakat sehingga setiap individu bebas melampiaskan hawa nafsunya. Kapitalisme juga telah membuat penguasa tak peduli akan nasib generasi. Konten-konten yang mengandung syahwat seperti sinetron, film, dan iklan nampak dibiarkan demi mendapat keuntungan besar dari industri media kapitalis. Akhirnya remaja dan anaklah yang menjadi korban. Mereka meniru dan melakukannya di dunia nyata tanpa tau perbuatan mereka benar atau tidak.
Adanya penemuan grup Whatsapp LGBT di kalangan anak sesungguhnya telah menandakan bahwa negeri ini darurat akan kerusakan pergaulan. Â Anak-anak tak bisa disalahkan sepenuhnya karena jika mereka belum baligh, akal mereka belum sempurna dan fitrahnya memang selalu ingin mencoba hal baru. Maka disinilah peran orang tua yang harus memahamkan anak mengenai naluri seksualitas dan penyalurannya yang benar sesuai syariat Islam.