"Ananda Eshaan?" tanya guru saat sesi quiz. Arvid yang duduk di sebelahnya langsung goyangin kaki Eshaan pelan biar dia bangun.
"Eh, iya bu?" jawab Eshaan kembali duduk tegak dengan mata setengah terbuka, lalu melirik Arvid sebentar sebelum menghadap ke depan, dengan muka malas dan menggaruk kepala yang sebenarnya nggak gatal.
"Soal nomor 3, bisa kamu jawab di depan?" ucap guru dengan suara jelas.
Eshaan berdiri tanpa ragu, meskipun wajah malasnya nggak hilang. Dia berjalan ke depan, ambil spidol, dan cepat-cepat nulis jawabannya di papan tulis.
"Oke, kamu boleh kembali ke tempat duduk," kata guru setelah Eshaan selesai menulis.
"Hhhh..." Keluh Eshaan sambil kembali duduk di samping Arvid.
"Keren banget, Shan. Padahal sepanjang pelajaran kamu tidur," bisik Arvid pelan.
"Kalau kamu bingung, bilang aku aja..." jawab Eshaan santai, sambil kembali menghadap ke depan.
"Dih, aku mah pinter kali," elak Arvid sebal sambil kembali fokus ke pelajaran.
Sejak kecil, Arvid udah tahu banget kebiasaan temannya ini. Eshaan itu lebih suka belajar di rumah, menurutnya sekolah cuma tempat buat nyari teman.
Hobi mereka hampir sama, tapi karena kondisi keluarga yang beda, Arvid sering lebih tertarik dengan benda-benda milik Eshaan yang menurutnya keren.
Setelah pelajaran selesai, mereka berdua langsung menuju taman yang cuma dipenuhi pohon rindang dan angin yang sepoi-sepoi.
"Eh, Shan, tadi aku nemu benda keren loh," ucap Arvid, memulai obrolan.
"Serius!?" Eshaan langsung penasaran, matanya berbinar.