"Alhamdulillah," gumamnya sambil menarik napas panjang. Hasil tes tadi berjalan lancar, jauh lebih baik dari yang ia bayangkan. Bahkan, guru penguji sempat memujinya karena intonasinya yang tenang dan hafalannya yang rapi.
Setelah selesai, Lisha melangkah keluar dari ruangan dengan hati yang lebih ringan. Sekilas, ia menoleh ke arah ruangan sebelah, tempat temannya sedang melantunkan hafalan dengan suara pelan tapi penuh keyakinan. Mendengar itu membuatnya tersenyum kecil, mengingat perjuangannya sendiri tadi.
Ia berjalan perlahan menuruni tangga, langkahnya terasa lebih santai setelah tes yang menegangkan. Di lantai dua, beberapa temannya tampak duduk melingkar. Buku-buku dan catatan berserakan di tengah mereka, membentuk lingkaran kecil seperti medan pertempuran para pelajar.
"Sha! Gimana tadi? Lancar, kan?" seru salah satu temannya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Alhamdulillah lancar, kok," jawabnya sambil tersenyum tipis, lalu duduk di antara mereka.
 "Lagi pada belajar apa, tuh?"
"Ulangan akademik. Tadi kita ngebahas soal fisika, dan ini..." Tira mengacungkan catatan penuh coretan yang tampak lebih seperti teka-teki daripada rumus.Lisha menghela napas kecil sambil membuka bukunya.Â
"Ya ampun, padahal ulangan fisika masih lama," ucap Filma dari sisi lain, nadanya setengah mengeluh.
"Ya, tapi kan ini pelajaran susah, Fil," sahut Clara tiba-tiba, tetap fokus mencatat tanpa mengangkat kepalanya.
Suasana sore itu dipenuhi suara diskusi yang sesekali diiringi tawa kecil.
                                                                   ................
"Gess duluan ya, udah jam 2 siang nih, kan harus mandi," ucap Athifa  sambil merapikan buku pelajarannya, diikuti dengan teman-temannya yang setuju.
