Mohon tunggu...
Hanifah Salma Muhammad
Hanifah Salma Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis merupakan seorang pascasarjana yang mengambil fokus pada bidang hukum keluarga yang memiliki hobi meneliti, menulis dan berolahraga. Dalam web ini, tulisan-tulisan yang akan di posting lebih fokus dalam membahas terkait hukum, keluarga, perekonomian dan anak yang diharapkan bermanfaat untuk masyarakat luas. Karya penulis dalam jurnal juga dapat di lihat dalam GoogleSchoolar. Mari tumbuh, berkembang, dan maju bersama untuk bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dunia III: Apa Dampaknya bagi Ekonomi Keluarga di Indonesia?

1 Oktober 2024   14:58 Diperbarui: 1 Oktober 2024   15:08 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia baru-baru ini semakin memanas. Konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum menemukan titik terang, ditambah dengan pertempuran antara Israel dan Lebanon yang menewaskan pemimpin Hizbullah, hingga ancaman Perang Dunia III yang disuarakan Menteri Pertahanan Indonesia, membuat kita bertanya: apa dampak dari ketidakstabilan global ini terhadap kehidupan kita di Indonesia? Meskipun kita tidak berada di pusat konflik, namun Indonesia tidak bisa mengabaikan dampaknya begitu saja, terutama bagi ekonomi keluarga.

Mengapa Konflik Global Mengancam Ekonomi Indonesia?

Dunia kita semakin terhubung antara satu dengan lainnya, dan sebuah konflik besar di satu bagian dunia bisa dengan mudah merembet ke seluruh sektor ekonomi global, termasuk Indonesia. Bayangkan apa yang terjadi apabila ketegangan meningkat hingga menjadi Perang Dunia III.

1. Harga Energi Melambung Tinggi

Salah satu dampak nyata dan langsung dari konflik global adalah kenaikan harga minyak. Indonesia, yang masih bergantung pada impor energi, bisa merasakan pukulan keras dari lonjakan harga minyak dunia. Dengan naiknya biaya bahan bakar, harga barang-barang kebutuhan pokok, transportasi, dan utilitas juga ikut meningkat. Keluarga-keluarga di Indonesia akan merasakan kenaikan biaya hidup yang signifikan, sementara pendapatan mungkin tetap stagnan.

Sebagai contoh, krisis minyak dunia pada tahun 2008 yang menyebabkan lonjakan harga BBM di Indonesia hingga 33%. Hal ini berdampak langsung pada harga bahan pokok, transportasi, dan inflasi yang meningkat pesat. Keluarga-keluarga dengan pendapatan terbatas, terutama di daerah perkotaan, merasakan beban besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Gangguan Rantai Pasok Global

Konflik berskala besar biasanya mengganggu jalur perdagangan internasional. Ini berarti pasokan barang yang kita butuhkan bisa tersendat atau mengalami kenaikan harga. Barang-barang impor, mulai dari makanan hingga produk teknologi, bisa menjadi lebih sulit diakses, dan ini akan berdampak langsung pada kesejahteraan keluarga di Indonesia. Dalam situasi seperti ini, inflasi bisa melonjak, membuat anggaran keluarga semakin ketat.

Sebagai ilustrasi, pada masa pandemi COVID-19, gangguan rantai pasokan global menyebabkan kelangkaan barang-barang seperti elektronik dan bahan baku industri di Indonesia. Banyak keluarga yang merasakan sulitnya mengakses barang-barang penting karena kenaikan harga dan kelangkaan barang di pasar.

3. Investasi dan Nilai Tukar Rupiah

Pasar keuangan global juga tidak akan kebal dari dampak Perang Dunia. Nilai tukar rupiah dapat tertekan oleh gejolak di pasar internasional, terutama jika investor asing mulai menarik dananya dari Indonesia. Krisis ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi makro tetapi juga langsung berdampak pada kehidupan keluarga yang mengandalkan pekerjaan di sektor-sektor yang terdampak, seperti manufaktur, ekspor-impor, dan pariwisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun