Mohon tunggu...
Hanifah Harviatulhaq
Hanifah Harviatulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi

Seorang mahasiswi psikologi di Universitas Islam Negeri Bandung. Tertarik dengan kesehatan mental, gangguan dan masalah yang terjadi pada diri sendiri atau orang sekitar. Sangat senang mendengar orang bercerita tentang masalahnya, dan berharap dengan mendengar mereka bercerita, mereka terbantu dan memiliki regulasi emosi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pecahan Gelas dan Proses Memaafkan: Sebuah Analogi Kehidupan

24 Desember 2024   11:28 Diperbarui: 24 Desember 2024   13:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf? Coba dehh pecahin gelas, terus bilang maaf sama dia. Bakal balik lagi ke semula ga gelasnya? Ga kan? Begitu juga aku! Udah kamu hancurin, udah kamu jahatin? kata maaf aja ga akan merubah dan menyembuhkan rasa sakit hati aku yang sudah berkeping-keping. Meskipun kamu susun gelasnya seperti semula, itu akan tetap menjadi pecahan gelas yang tidak bisa disatukan."

Hayohh.. Familiar ga sama kata ini? Tentunya kamu pasti sempet nemuin kata-kata ini atau dengan beberapa versi lain dan pernyataan di atas adalah senjata ampuh agar orang yang nyakitin kamu itu tau seberapa sakit luka kamu dan seberapa jahat mereka karena merusak hal yang tidak bisa dikembalikan seperti semula..

Tapi emang iya ya? Diri kalian, hati dan perasaan kalian itu sama  dengan sebatas gelas ? Manusia tuh ciptaan tuhan gais! Gelas ciptaan manusia.. Kalian yang sesempurna dan seistimewa ini diciptakan rela disamakan dengan gelas atau sesuatu hal yang biasa saja?

Menurut teori humanism yang dipopulerkan oleh abraham maslow. Manusia adalah individu yang secara bebas melakukan apapun yang mereka mau. Menurut teori behavior yang dikemukakan oleh J.B Watson, manusia adalah individu yang berperilaku sesuai dengan stimulus yang diterima. Dua teori ini menunjukan bahwa, manusia lebih dari sekedar gelas yang tidak bebas dan tidak berakal, manusia lebih dari sekedar tersakiti dan tidak ada perubahan..

Manusia itu lebih kompleks tentunya. Bisa saja lebih parah dari keadaan pecahan gelas, ataupun lebih baik dari itu. Tergantung bagaimana kita menjadikan diri kita. Hati dan perasaan manusia bukan hanya sekedar gelas, tapi lebih dari itu. Lebih sempurna dan istimewa.

Saya yakin selain ahli psikologi yang saya kutip teorinya, setiap agama pun mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang istimewa yang sangat disayangkan jika disandingkan dengan benda mati semata.. 

Lalu poin apa yang ingin saya sampaikan? Yaps.. memaafkan!

Hati dan diri manusia bisa sembuh dan lebih baik tidak seperti pecahan kaca yang berserakan dan tidak bisa di semulakan.. Diri manusia lebih spesial dari apa yang kita pikirkan. 

"Tapi tetap saja ibaratnya rasa sakit itu tidak akan hilang seperti pecahan gelas itu. Apalagi kalo terus-terus disakiti"

Yaudah deh, kalo masih keukeuh mau bahas perihal gelas dan pecahannya. 

Asal kamu tau. Pecahan kaca bisa saja dibuat ulang oleh ahlinya menjadi gelas yang lebih cantik, tentunya dengan proses yang menyakitkan juga. Yaps dipanaskan dan dibentuk ulang. Memang membutuhkan proses, tapi pada akhirnya menjadikan gelas yang bentuk berbeda dan bahkan bisa lebih cantik.. yakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun