"Aku emang gini orangnya, aku apa adanya dan ga munafik" "Aku emang egois dari lahir,aku emang keras kepala dari sananya" "Aku emang ga mau kalah kalo ngomong, ngapain harus mengalah kalo bisa menang" " Aku orangnya manja, jadi wajar aku gini".. Pernah ga kalian denger kata-kata ini ? atau pernah ga kalian nasihatin orang yang kayak gitu biar dia ga merugikan orang lain tapi jawabannya seperti yang di atas tadi?Yapss, begitulah. Terkadang orang-orang kurang paham tentang makna "mencintai dan menerima diri apa adanya dan memperbaiki diri sebaik-baiknya". Â Hal yang harusnya mereka terima apa adanya malah dibuat insecure dan apa yang harus nya diperbaiki malah diromantisasi.. Seperti memaksa orang lain untuk mengerti dirinya sendiri tanpa sadar bahwa dirinya sudah melukai orang lain.
Tentunya sikap orang seperti itu cukup merepotkan, dan jika sikapnya berlebihan kemungkinan ada gejala NPD (Narcissistic personality disorder). Tapi jangan sampai self diagnosis ya!! Oke kita lanjut ke pembahasan awal..
Pernah gasi kalian berpikir apa yang menyebabkan seseorang semenyebalkan ini?
Kebanyakan orang yang mengatakan kalimat-kalimat di atas, adalah orang-orang yang sering mengalami luka dan orang yang tidak pernah mengalami luka sama sekali. sehingga kemungkinan yang terjadi adalah, ketika seseorang sering mengalami luka, mereka akan cenderung membentengi diri untuk tidak disakiti kembali. Mereka akan memilih untuk menyakiti orang lain dibandingkan membiarkann dirinya disakiti orang lain. Mereka tidak percaya bahwa nasihat orang lain tentang dirinya itu adalah nasihat kasih sayang melainkan hanya luka yang merendahkan. Kebayang ga orang yang kehidupanya berat, masalahnya rumit dan itu membuat dirinya keras kepala dan sedikit tidak peduli dengan orang lain tiba-tiba dinasihatin disuruh berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya mereka akan sangat terluka, tidak ada yang tau luka dan alur hidupnya. orang lain hanya tau hasil dari perjalanan berat hidupnya lalu tiba-tiba orang-orang menghakiminya lagi. Wajar saja, kata-kata itu menjadi sebuah benteng untuk melindungi harga dirinya.
Kita lanjut ke alasan yang ke dua, seseorang yang tidak pernah merasakan luka sama sekali di kehidupannya. Tentunya seseorang dengan alur hidup yang mulus-mulus saja, semua nya terpenuhi oleh keuangan orang tuanya tidak akan menerima luka sedikitpun ketika hidupnya selama ini tak pernah merasakan luka. Seseorang yang hidup tanpa luka tidak akan rela dirinya diberi luka oleh orang yang bicara semata. Hal ini membuatnya cukup egois dan tidak merasa bahwa orang lain pun memliki luka akibatnya. Bukannya merubah diri menjadi lebih baik malah merasa dirinya sudah lebih baik dan tidak perlu merubah diri lagi.. Sayangnya, seseorang ini adalah seseorang yang hidup dengan ketidak tahuan, bukan berarti selalu bahagia, nyatanya seseorang seperti ini pun masih bisa merasa kehampaan dalam hidupnya.
Apapun itu alasannya, untukmu orang yang selalu meromantisasi keburukan sifatmu. Orang lainpun memiliki masalah seperti mu, sama takaran seperti batas kekuatan mu. Memiliki perasaan yang hangat sepertimu, memiliki luka yang sama sepertimu. Meski alurnya berbeda, tuhan tidak akan setidak adil itu padamu.. Terimalah dirimu apa adanya, cintai dirimu seutuhnya tapi jangan lupa untuk perbaiki sikap dan sifat mu yang agak buruk itu. Orang lainpun terluka karenamu, orang lain pernah terluka akan sikapmu. Saya tau kamu terluka, tapi ada baiknya kamu sembuhkan luka bukan memberi luka baru pada mereka.
Jangan biarkan lingkaran setan terus berputar, boleh yaa lukanya berhenti di kamu? Terimakasih sudah kuat sampai saat ini, maaf saya egois karena meminta lukanya berhenti di kamu. Tapi memberikan dan melampiaskan lukamu pada orang lain itu tidak memberikan kesembuhan terhadap luka dan hidupmu. Justru, luka yang berhenti di kamu adalah sebuah tindakan memafakan, menerima, dan mengikhlaskan sehingga kesembuhan menghampiri dan mendatakan kehidupan yang tentram.
Sikap burukmu, adalah sebagian dari kamu, memang betul seperti itu.. Tapi membiarkan itu tetap ada padamu akan terus menjadi luka dirimu.. Berusahalah untuk berubah sedikitnya, kamu mengerti akan luka atau tidak mengerti akan luka itu sendiri. Mengerti akan sesama manusia adalah satu hal yang tidak bisa dilepaskan sebagi makhluk sosial di dunia..
Sehat-sehat ya orang kamu.. seberat apapun masalahmu saya harap itu tidak menjadikanmu jahat tapi menjadikanmu lebih kuat!!! :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H