Bagiku kegagalan adalah hukum kepastian yang akan terjadi.
Agak aneh rasanya membicarakan kegagalan, mungkin karena sekarang aku dirundung kegagalan dan keberhasilan. Membuatku berpikir, mungkin dunia juga menyimpan satu lagi hukum kepastian, yaitu keberhasilan. Mungkin ada lagi beribu-ribu kepastian yang membuat hati kecilku ini bertanya, yang sampai saat ini tak kutahu, dan mungkin selama di dunia ini aku juga tak tahu. Tapi tak mengapa, karena yang lebih penting lagi adalah mencoba berfikir untuk mendapat jawaban itu.
Berfikir membuat jiwaku bebas, pemikiran – pemikiran membuahkan penemuan. Itu pasti, walau penemuannya adalah hal kecil. Berfikir membuat pikiran, jiwa, dan hatiku bebas. Melepas penjara jiwa untuk keluar dan mencoba menikmati dunia, sekalipun sedikit. Berfikir membuatku semakin bersyukur, semakin menikmati hal-hal indah yang terjadi. Karena itu cobalah untuk berfikir tentang semua yang terjadi, kawan. Sekalipun kau tak menemukan jawabannya. Karena berfikir akan memberimu kepuasan batin.
“Pengetahuan menjadi pengetahuan sejati bila diperoleh dari usaha pemikiran, bukan ingatan.” – Kata Leo Tostloy, seorang sastrawan Rusia. Rasa-rasanya memang benar.
Tak peduli berapa kali kita gagal, keberhasilan juga akan ditemukan. Mungkin bukan di dunia, tapi nanti di akhirat. Dan entah kenapa, ribuan kegagalan itu setimpal rasanya jika sudah meraih satu saja keberhasilan. Saat seorang bayi belajar berjalan, ia ratusan, mungkin ribuan kali jatuh, tapi ketika bisa berjalan, rasanya semua kegagalan itu hilang terbayar oleh satu keberhasilan. Layaknya batu permata paling indah sebagai bayaran cucuran keringat dari panas bara apinya.
Darah dan keringat yang kotor itu langsung berubah menjadi satu permata biru yang berkilauan. Mungkin itu penjabaran yang paling tepat dari makna sebuah keberhasilan. Dan mungkin sekarang aku mendapatkan hukum kepastian yang ketiga, jika keberhasilan takkan pernah ada tanpa kegagalan.
Membuatku berfikir, mungkin sebenarnya keringat, darah, kemaluan, tangis, dan tenaga ini bukan barang kotor sama sekali. Tapi sebenarnya adalah cucuran bagian demi bagian penyusun permata. - Aku mulai berpikir lagi… - Ada juga orang yang berhasil dalam sekali coba, ada banyak faktor dari itu. Kepintarannya, atau ketekunannya, dan hal lain. Tapi mari singkirkan semua hal itu, aku ingin membacarakan usaha.
Mungkin hukum kepastian ketiga yang baru kudapatkan itu salah, aku perlu memperbaikinya. Jika sebenarnya keberhasilan takkan pernah ada tanpa usaha. Dan usaha itu merupakan kata lain dari sebuah kerja (entah keras atau lembut) yang bervariasi bentuknya. Ada yang diliputi beberapa tetes keringat. Ada yang diliputi ribuan tetes keringat, ada yang diliputi tangisan, keringat, dan darah. Ada yang diliputi kejatuhan, lalu naik lagi. Seperti roaller coaster. Roaller Coaster bernama ‘Kehidupan’
Lalu, jika begitu, mengapa kita harus menderita kegagalan? Atau setidak-tidaknya kita harus melakukan usaha (meski rasa-rasanya, taka da orang didunia ini yang tidak pernah gagal) untuk meraih keberhasilan? Jangan manja diriku. Hidup ini bukan seperti angin yang dengan bebasnya pergi kesana kemari menikmati dunia haya dengan kesenangan. Bukan.
Hidup ini keras, penuh perjuangan. Yang keberhasilan itu tak akan pernah bisa didapatkan hanya dari memohon seperti kisah Aladdin. Karena Tuhan menciptakan keberhasilan, kegagalan, dan usaha itu supaya kita bisa meraih keberhasilan sejati. Keberhasilan yang diraih dari usaha, bukan seratus persen bantuan orang lain.
Bah! Aku benci meminta orang mengerjakan tugasku, atau mencontek pekerjaan orang.
Saat semua itu terjadi, kau mungkin senang. Tapi tahukah kau sahabatku, tugas hasil contekan itu layaknya daun muda yang akan menjadi segar dan hijau. Tapi kau melepaskannya dengan angin menyayat yang kau buat sendiri. Tapi jika itu murni (meski meminta beberapa bantuan), maka dia akan besar dari air dan tanah yang kau berikan sendiri dibantu oleh hujan, dan angin. Yang daun itu akan terus hijau segar dan tersenyum melambaikan tangannya pada angin, hingga daun itu menguning indah, kemudian jatuh pada waktunya.
Itulah tugas yang paling baik, yang jika kau mengerjakannya kau akan dapatkan pengetahuan sejati yang akan terus ada bersama dirimu hingga ajal menjemput.
Mengenai meminta bantuan, menurutku tak apa. Karena kau tak akan bisa mengerjakan semuanya sendiri. Jangan anggap dirimu hebat, jangan. Karena itu akan membutakan hatimu. Tak usah memaksakan diri. Tapi tak usah juga menyianyiakan akalmu ini.
Dan semua hal yang terjadi ini akan tiba pada satu melodi kehidupan berisikan usaha, kegagalan, kemudian keberhasilan dan terus terulang pada melodi lain, entah itu gagal, sedih, marah, atau emosi lain. Seperti alunan music yang bergantian membunyikan nada-nada memilukan namun indah terdengar.
Kegagalan, usaha, dan keberhasilan seperti Mutiara yang tak akan pernah ada tanpa teriakan penderitaan dari sang kerang. Seperti emas yang tak akan pernah ditemukan tanpa tangan yang kotor, tanpa keringat bahkan darah yang bercucuran.
Itulah makna kegagalan. Yang bagiku bukanlah kegagalan, tetapi suatu keberhasilan yang belum ditemukan. Seperti emas yang belum ditemukan dibalik kubangan lumpur. Tapi kegagalan akan berakhir menjadi kegagalan juga nantinya, jika kau tak mau berusaha lagi dan hanya berhenti di suatu titik. Padahal keberhasilan tengah menantimu.
Karena itu janganlah bosan kawan. Jangan bosan untuk gagal karena pada akhirnya keberhasilan akan menghampirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H