Mohon tunggu...
Yuhanit Nur Habibah
Yuhanit Nur Habibah Mohon Tunggu... lainnya -

"Kita Mencoba Maka Kita Bisa" PBA UIN Maliki Malang '13

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Menangis? Tersenyum? Itulah Cara Bayi Meluapkan Emosinya

14 April 2015   01:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Emosi??? Mendengar kata itu mungkin orang menafsirkannya berbeda-beda, karena emosi sendiri merupakan sebuah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat, emosi juga merupakan sebuah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian. Adapula yang mendefinisikan emosi itu sebuah luapan amarah seseorang terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.Namun perlu diketahui bahwa emosi orang dewasa, seorang anak, maupun bayi itu berbeda.

Pada seorang bayi yang baru lahir terlihat tidak bahagia, karena hanya mampu menangis keras. Menangis adalah cara yang paling kuat yang bisa dilakukan bayi untuk mengomunikasikan kebutuhan mereka. Orang tua akan secepatnya mengenali apakah bayinya menangis karena lapar, marah, kesakitan, atau frustasi. Saat berumur 5 bulan bayi telah belajar untuk memonitor ekspresi pengasuh mereka dan jika tidak dipedulikan akan menagis dengan kerasnya, hal tersebut sebagai usaha bayi untuk mendapat perhatian, dan bayi akan berhenti menangis jika usaha mereka berhasil.

Beberapa orang tua sering khawatir ketika sang bayi menangis, hingga secara konstan mengangkat bayi, namun hal itu sebenarnya akan membuat bayi menjadi manja. Adakalanya orang tua harus membiarkan tangisan bayi sampai pada jeritan kemarahan, hal itu memang akan membuat orang tua sulit untuk menenangkan si bayi, namun jika pola tersebut berulang akan mengembangkan kemampuan bayi untuk mengatur kondisi emosi mereka sendiri.

Selain menangis, bayi sering kali tersenyum. Senyum samar paling awal terjadi secara spontan setelah kelahiran, hal ini merupakan hasil dari aktivitas sistem saraf subkortikal. Senyum paksaan sering muncul selama periode tidur. Melewati satu bulan, senyum sering kali ditimbulkan oleh nada tinggi ketika bayi mengantuk. Menginjak 2 bulan, bayi tersenyum lebih karena stimulus visual, misal wajah yang sudah mereka kenal.

Ada 2 macam senyum pada bayi, diantaranya; Senyum sosial, senyum ini dimulai di bulan kedua, bayi baru lahir infant (bayi yang dibawah 24 bulan) menatap kedua orangtuanya dan tersenyum pada mereka, menandakan partisipasi positif dalam berhubungan. Senyum antisipatif, infant tersenyum pada object dan kemudian menatap individu sambil tetap tersenyum.

Tawa adalah senyum yang terhubung dengan vokalisasi yang menjadi umum antara 4 sampai 12 bulan ketika menandakan emosi positif yang paling intens. Dengan tersenyum, bayi dapat merefleksikan pertukaran emosi dengan orang lain. Tertawa juga membantu bayi melepas tekanan, misal ketakutan akan suatu objek.

Dari uraian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dengan menangis dan tersenyum, bayi telah mampu meluapkan emosinya, seperti ketika lapar, marah, dan gembira. Untuk itu, bagi seorang ibu hendaknya tidak terlalu khawatir dan belajar untuk lebih mengenali apa yang di rasakan oleh sang buah hati. Dengan hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan psikososial bayi.

Sumber:

Papalia, D.E. & Feldman, R.D. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun