Ya... kita melanjutkan pembahasan kita mengenai perkembangan gender pada masa kanak-kanak awal... kali ini saya akan menuangkan tentang perspektif toeritis mengenai perkembangan gender...??
Ada berapa sih perspektif toeritis mengenai perkembangan gender? Menurut buku yang saya baca ada 5 perspektif toeritis mengenai perkembangan gender, diantaranya:
Pertama, pendekatan biologis dimana banyak perbedaan antara jenis kelamin yang dapat dilacak secara biologis seperti, genetis, sistem saraf, dan aktifitas hormonal.
Kedua, pendekatan evolusioner, berdasarkan teori seleksi alam yang dicetuskan oleh Charles Darwin yakni anak mengembangkan peran gender dalam persiapan untuk perkawinan dewasa dan perilaku reproduksi. Misalnya, anak perempuan yang bermain masak-masakan, itulah cara belajar memainkan peran sebagai seorang ibu nantinya. Sedangkan laki-laki bermain perang-perangan, yakni dengan tujuan untuk melindungi keluarga. Dari kegiatan tersebut maka tercermin bagaimana persiapan anak untuk berumah tangga/bereproduksi.
Ketiga, pendekatan psikoanalisis, dimana menurut Sigmend freud identias gender muncul pada saat anak mengidentifikasikan dirinya dengan orang tua yang berjenis kelamin sama. Pada pendekatan ini seorang anak menirukan perilaku orang tuanya yang bergender sama. Seperti seorang anak laki-laki yang menirukan ayahnya begitu pula anak perempuan yang meniruakn apa yang dilakukan ibunya.
Keempat, pendekatan perkembangan kognitif, yakni menurut Lawrence Kohlberg bahwasanya anak selalu aktif mencari tau tentang gendernya dalam dunia sosialnya. Jadi, mereka mengadopsi perilaku yang mereka lihat sebagai hal yang konsisten dengan menjadi laki-laki atau perempuan. Contoh: Mecca yang baru berusia 3 tahun akan lebih memilih bermain boneka daripada bermain mobil-mobilan karena dia melihat anak perempuan bermain dengan boneka.
Kelima, pendekatan belajar sosial, menurut Waller Michel ahli teori belajar sosial tradisional, anak mendapatkan peran gender melalui proses imitasi dan mendapatkan hadiah dari perilaku gender yang dilakukan. Contohnya seperti seorang anak laki-laki yang mencontoh perilaku ayahnya setelah ayahnya memuji dia karena bersikap seperti “anak laki-laki” pujian itu termasuk hadiah sehingga anak belajar menjadi anak laki-laki atau perempuan dari lingkungan sosialnya.
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam proses perkembangan psikososial anak khususnya dalam perkembangan gender, terdapat berbagai teori pendekatan dalam membedakan antara anak laki-laki dan perempuan dalam hubungan sosialnya dengan keluarga maupun lingkungannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H