Manusia boleh jatuh berkali-kali ke dalam dosa, namun Tuhan berusaha untuk mengangkatnya, membebaskan dan menunjukkan kerahiman-Nya yang tiada batasnya.Â
Maka hanya Tuhan yang tidak pernah nge-prank manusia, manusia malah berkali-kali saling nge-prank satu sama lain.
Nah, pertanyaannya adalah apakah benar bahwa Tuhan tidak pernah nge-prank manusia? Jawabannya adalah ya! Tuhan tidak pernah nge-prank manusia.Â
Kalau kita membaca Kitab Suci Perjanjian Lama, kita akan menemukan betapa Tuhan itu murah hati, maharahim, dan tidak pernah ingkar janji. Misalnya, orang-orang Israel pernah mengembara di padang gurun menuju ke tanah Kanaan.Â
Sebelum mereka masuk ke tanah terjanji, satu hal yang harus mereka lakukan yakni mengutus orang-orang tertentu untuk melakukan semacam survey tentang tanah yang dijanjikan Tuhan. Hasil survey setelah empat puluh hari memang menarik, yakni semua yang dikatakan Tuhan itu benar.
Inilah kesaksian mereka: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya." (Bil 13:27). Mereka juga menggambarkan kondisi suku bangsa yang mendiami tanah terjanji.
Satu hal yang muncul dalam kisah 'survey' empat puluh hari ini adalah muncul prank baru. Bangsa Israel saling nge-prank satu sama lain. Misalnya, ketika para utusan itu mengatakan bahwa bangsa-bangsa yang mendiami tanah yang dijanjikan Tuhan itu besar dan kuat. Dikatakan: "Bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana." (Bil 13:28).Â
Inilah prank yang membuat bangsa Israel takut dan bersungut-sungut kepada Tuhan: "Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (Bil 13:32-33).
Janji Tuhan dalam dunia Perjanjian Lama untuk menyelamatkan manusia menjadi kenyataan dalam dunia Perjanjian Baru. Dia bahkan mengutus Anaknya yang Tunggal karena kasih setia-Nya.Â
Tuhan Yesus sendiri berkata kepada Nikodemus: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.Â
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." (Yoh 3:16-17).Â