Mohon tunggu...
Haniefah Astriani
Haniefah Astriani Mohon Tunggu... Freelancer - Sky Watcher

Jangan mengharapkan kehidupan yang lebih bahagia, cukup hiduplah dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Laut Bercerita, Sebuah Fakta yang Menyayat Hati

18 Oktober 2019   06:06 Diperbarui: 22 Oktober 2019   14:00 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulai dari diinjak dengan sepatu bergerigi, disetrum agar mau mengaku, di tendang, dipukul, ditelakkan diatas es batu besar, hingga sebagian dari mereka dibunuh dan sebagian dikembalikan dengan kondisi trauma berat. Tidak terbayangkan. Betapa kejamnya oknum yang menangkap mahasiswa ini.

Sudut pandang Asmara, adik Laut bercerita mengenai rasa kehilangan dan kesedihan dari pihak keluarga. Bagaimana mereka menunggu ketidakpastian karena orang tersayang tidak kunjung kembali serta keberadaan mereka yang entah dimana. Pada bagian ini terasa sangat menyayat hati ketika orang tua yang terus berharap dalam ketidakpastian tentang nasib anak-anak mereka. 

Begitupun orang tua Laut, ibu masih tetap memasak setiap minggu dan menunggu anaknya datang ke rumah serta bapak yang selalu menyetel lagu favorit Laut dan selalu menyediakan 4 piring di meja makan untuk Bapak, Ibu, Laut, dan Asmara. 

Namun yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung datang juga. Keinginan mereka para keluarga korban hanya satu, berharap anak, suami, kerabat mereka kembali dengan selamat, jika memang sudah meninggal mereka ingin menguburkan jenazah dengan layak. 

Namun hingga saat ini hanya beberapa mahasiswa yang kembali. Mahasiswa yang hilang tak kunjung kembali  dan tidak diketahui dimana keberadaannya.

Melalui buku ini saya menjadi tahu sedikit perjalanan sejarah Bangsa Indonesia di masa orde baru. Penulis menceritakan dengan jelas dan penuh emosi. Keberadaan para tokoh dijelaskan secara rinci dan tidak bertele-tele, sehingga saya sebagai pembaca bisa langsung membayangkan situasi yang diceritakan. 

Buku ini penuh emosional, bisa membuat siapapun yang membaca meneteskan air mata, banyak cerita sedih menyayat hati yang akan kita temui. Akhir dari buku ini pun juga sangat menyayat hati. Mereka para mahasiswa adalah pahlawan sejati, tanpa mereka kita tidak mungkin bisa menikmati kebebasan seperti sekarang. Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa terkelam yang pernah dialami bangsa ini. 

Dari sinilah saya ingin lebih menggali dan belajar mengenai sejarah bangsa Indonesia. Saya sangat merekomendasi buku ini untuk dibaca oleh generasi milenial untuk mengetahui sebagian kecil sejarah bangsa ini. 

Dari buku ini saya belajar bahwa aksi-aksi mahasiswa terhadap pemerintah merupakan alarm pengingat bagi para penguasa bahwa ada yang salah dengan kebijakan atau sikap yang mereka lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun