Mohon tunggu...
haniamasyanda
haniamasyanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - hania
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

semangatt:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Otak dan Intelegensi

1 Mei 2022   22:30 Diperbarui: 11 Mei 2022   11:47 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, terutama  masalah kehidupan seperti mencari makanan dan tempat tinggal. Kecerdasan bukanlah satu hal, tetapi mencakup kemampuan untuk mengumpulkan pengetahuan, berkreasi, mengembangkan strategi, dan berpikir kritis. Ini memanifestasikan dirinya dalam perilaku mulai dari reaksi bawaan atau naluriah hingga tingkat pembelajaran dan kesadaran yang berbeda.


 Otak terbentuk dan terus terbentuk sampai usia tua, tetapi  pekerjaan yang jauh lebih penting dilakukan pada masa kanak-kanak. Ini adalah saat  orang tua dapat membuat dampak yang paling besar pada kehidupan anak-anak mereka.Semua tindakan dan pengalaman meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di benak anak itu. Rangsangan yang dibentuk dengan benar dapat menciptakan koneksi otak yang meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan emosional.

Otak manusia dibagi menjadi dua bagian, belahan kiri dan belahan kanan. Kedua aspek tersebut memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda. Nah, entah itu  mitos atau fakta, itulah yang menyebabkan beberapa informasi beredar tentang  otak. apa saja?

1. Satu otak lebih dominan
 Faktanya,  satu sisi otak manusia bisa lebih dominan. Hal ini mempengaruhi beberapa hal, termasuk kepribadian, pemikiran, dan perilaku. Beberapa orang memiliki otak kiri yang lebih dominan dan sebaliknya. Ketika otak kiri  lebih dominan, seseorang cenderung berpikir lebih sistematis dan analitis. Berpikir lebih kreatif atau artistik bisa menjadi tanda dominasi otak kanan. 

2. Satu sisi otak
 yang terhubung mungkin lebih dominan, tetapi belahan kiri dan kanan sebenarnya saling melengkapi dan terkait. Kedua sisi otak  memiliki peran penting yang sama. Kedua bagian otak ini sebenarnya tidak perlu dihubungkan untuk saling melengkapi, tetapi ketika tubuh mengalami sesuatu,  kedua belahan otak "berkomunikasi".

3. Perbedaan kemampuan
1 Keunggulan satu belahan otak sebenarnya dapat menyebabkan perbedaan kemampuan manusia. Orang dengan otak kiri dominan pandai menulis, berhitung, membaca, logika, aritmatika, atau penalaran matematis dan cenderung lebih terlibat dalam fakta. Sebaliknya, orang yang  menggunakan otak kanan  lebih cenderung berimajinasi, melamun untuk menemukan ide,  lebih menyukai seni, dan sering menggunakan intuisi untuk memahami sesuatu.

 4. Berfungsi penuh
 Satu sisi otak bisa lebih aktif, tetapi itu tidak berarti bahwa sisi lainnya tidak aktif atau tidak berfungsi. Padahal, baik belahan otak kiri maupun kanan  memiliki fungsi yang penting dan saling melengkapi. Kedua belahan otak sama-sama aktif dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Ada teori bahwa satu sisi otak mungkin lebih dominan, tetapi belahan kiri dan kanan perlu digunakan secara optimal. 

Benarkah keturunan atau hereditas menentukan kecerdasan anak? Padahal, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan dipengaruhi oleh faktor genetik, terutama faktor ibu. Singkatnya, ibu yang cerdas memiliki peluang besar untuk memiliki anak yang cerdas. Nah, mengapa?

Anda perlu tahu itu. Ibu memiliki dua kromosom X (XX) dan ayah memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY). Sekarang, banyak penelitian menunjukkan bahwa aspek intelektual dan kognitif manusia "tercetak" pada kromosom X. Oleh karena itu, tidak heran jika  kecerdasan  anak belakangan banyak dikaitkan dengan penampilan sang ibu.

 Anak-anak dari orang tua dengan IQ normal dapat menjadi orang yang cerdas jika diberikan diet seimbang dan stimulasi yang tepat. Oleh karena itu, Profesor Jalardin menemukan bahwa kecerdasan seorang anak tidak hanya bergantung pada faktor genetik, tetapi juga pada keluarga, hubungan orang tua-anak, dan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun