Mohon tunggu...
Haniah Hamidah
Haniah Hamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya Tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran dan Keterampilan Bimbingan dan Konseling dalam Mendampingi Gen Z ditengah Arus Globalisasi

2 Agustus 2024   09:05 Diperbarui: 2 Agustus 2024   09:12 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Globalisasi adalah salah satu istilah yang tak asing terdengar di telinga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Proses ini mencakup banyak hal, mulai dari informasi, gaya hidup, budaya, interaksi, transaksi, dan lain-lain. Dalam era globalisasi ini, hal-hal tersebut membawa dampak pada masyarakat, termasuk di dalamnya adalah Gen Z.


Gen Z atau Generasi Z adalah sebutan bagi mereka yang lahir pada tahun 1997 sampai tahun 2010. Untuk tahun ini, Gen Z berkisar di usia 14 tahun sampai 27 tahun. Era ini bisa dikatakan adalah era mencari jati diri, sementara globalisasi telah menyuguhkan banyak pilihan. Meski mengandung dampak positif, akan tetapi situasi ini mengakibatkan Gen Z yang sedang mencari jati diri semakin bingung.


Di sisi lain, arus globalisasi ini juga membawa pengaruh terhadap gaya hidup masyarakat. Gaya hidup masyarakat dunia yang cenderung mengejar materi telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat lokal. Standar hidup yang semakin tinggi menjadikan orang tua sibuk di sektor ekonomi. Hal ini mengakibatkan pendampingan orang tua kepada anak berkurang. Anak yang notabene-nya adalah Gen Z yang sedang mencari jati diri semakin kehilangan arah. Tidak jarang mereka terjatuh dalam pergaulan yang salah, bahkan ada yang berakibat fatal.  Maka disinilah peran bimbingan dan konseling untuk menjadi mitra dalam pendampingan terhadap anak, khususnya Gen Z.


Makna dan Peran 'Bimbingan dan Konseling'


'Bimbingan' berarti suatu proses membantu seseorang dalam menentukan pilihan penting yang mempengaruhi kehidupannya, seperti memilih gaya hidup yang diinginkannya (Gladding, 2000 : 4). Hal ini diaplikasikan dalam bentuk kegiatan yang membantu seseorang membuat keputusan tentang pendidikan atau karir yang akan diambil.


Sedangkan makna 'Konseling' menurut American Counseling Association (ACA) adalah penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui intervensi kognitif, afektif, perilaku, atau sistemik, dan strategi yang mencanangkan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, perkembangan karir, dan atau patologi.


Namun meski demikian, upaya bimbingan tidak selalu harus diikuti dengan konseling. Akan tetapi, pada layanan konseling harus berada dalam lingkup perspektif bimbingan sebagai upaya pedagogis. Hal ini menjadi setting dalam bidang pendidikan, dimana layanan bimbingan terhadap peserta didik harus berlanjut pasca layanan konseling.


Bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis untuk menciptakan kondisi optimal seseorang dalam perkembangannya. Dapat diartikan ini adalah upaya untuk mendampingi, membina, dan mengarahkan individu dalam perkembangannya, terutama dalam hal pendidikan dan karir. Sehingga individu menjadi optimal dalam menjalani keputusan yang telah diambil.


Keterampilan Yang Dibutuhkan Dalam Bimbingan dan Konseling


Dalam melakukan bimbingan dan konseling, tentunya dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu untuk mencapai keberhasilan konseling. Dalam acara "Semarak BK" yang diadakan pada hari MInggu (28/07/2024), Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Mochammad Nursalim, M.Si. beliau menjelaskan berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan dalam bimbingan dan konseling, yaitu :


1. Keterampilan Attending


Keterampilan ini berkaitan dengan perhatian dan kesiapsiagaan penuh yang diberikan pada konseli dari konselor sebagai bentuk penerimaan. Tujuannya agar konseli merasa diterima dan nyaman. Meskipun dilakukan dalam bentuk verbal dan non-verbal, akan tetapi aspek non-verbal lebih ditekankan dalam keterampilan ini.


2. Keterampilan Bertanya


Keterampilan bertanya adalah keterampilan untuk mengajukan pertanyaan. Tujuannya agar konselor dapat memperoleh pemahaman yang baik untuk membantu konseli. Ada 2 tipe pertanyaan, yakni pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka (untuk probing) memungkinkan untuk mendapat jawaban yang terbuka  dan luas, sedangkan pertanyaan tertutup (pertanyaan klarifikasi) memungkinkan untuk dijawab dengan jawaban tertentu saja.


3. Keterampilan Restatement


Keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata pernyataan secara eksplisit dari konseli untuk penegasan kembali.


4. Keterampilan Empati


Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan/emosi orang lain, atau dengan kata lain, keterampilan ini membutuhkan kesanggupan untuk memposisikan diri dalam keadaan orang lain. Keterampilan ini dapat bentuk verbal maupun non-verbal.


5. Keterampilan Klarifikasi


Klarifikasi sendiri adalah suatu respon konselor untuk mendorong konseli agar memperjelas apa yang dirasakan dan dialami oleh konseli saat ini. Keterampilan ini dibutuhkan ketika konselor mencoba untuk menyamakan persepsi dengan konseli. Untuk memfasilitasi keakuratan komunikasi, klarifikasi dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang efektif.


6. Keterampilan  Genuine


Keterampilan genuine adalah keterampilan berupa perilaku dan ungkapan jujur dari konselor mengenai pikiran dan perasaan konselor kepada konseli, namun dengan tetap mempertahankan hubungan baik antara konselor dan konseli.


7. Keterampilan Konfrontasi


Keterampilan ini digunakan untuk menunjukkan adanya sesuatu yang tidak konsisten pada ungkapan konseli. Hal tersebut dapat terjadi antaranya :


- Ungkapan konseli dengan bahasa tubuh
- Ungkapan konseli di awal dan berikutnya
- Ungkapan verbal dengan perilaku nyata

8. Keterampilan Merangkum


Keterampilan merangkum adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk mengungkapkan kembali pokok-pokok pikiran dan perasaan dari ungkapan konseli selama proses konseling. Keterampilan ini bertujuan untuk membantu konseli agar fokus pada masalah yang sedang dihadapi, serta menumbuhkan kesadaran konseli untuk memandang masalah dengan sudut pandang yang berbeda. Konselor menyusun pokok-pokok pikiran konseli yang 'berserakan' menjadi sebuah pokok pikiran yang dinamis, maka dari itu keterampilan ini sangat membutuhkan keterampilan mendengarkan aktif.


Dapat simpulkan bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran penting untuk perkembangan Gen Z yang tengah dihadapkan dengan arus globalisasi. Selain daripada peran dan makna yang berkaitan, keterampilan dalam bimbingan dan konseling juga berperan untuk dapat menjalin pendampingan yang baik dan efektif dengan Gen Z.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun