Mohon tunggu...
Hanifah Cahyaningsih
Hanifah Cahyaningsih Mohon Tunggu... -

Orang Disiplin itu tidak kreatif, dan Orang Kreatif tidak bisa Disiplin. Proud to be Weird

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seperti Asam Manisnya Rasa Cherry

1 Februari 2016   21:03 Diperbarui: 1 Februari 2016   21:20 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udara panas beberapa malam, kini telah memberi kepastian. Ia mengantarkan hujan datang lagi. Malam ini, aku bermalas-malas di sebuah lorong selebar 1,5 m. Kunyalakan televisi. Berkali-kali aku mengganti saluran. Rasanya tak satu pun acara yang berhasil menarik perhatianku. Aku melirik telepon selulerku yang tergeletak di samping. Entah apa yang membuat aku berpikir tentang dia ketika kutatap benda elektronik itu. Dan taukah apa yang terjadi? Namanya muncul di layar, tanda pesan masuk darinya. Kubuka pesan itu.

Selamat malam,

Dilema merajai hatiku. Bagaimana jika kubalas? Itu berarti aku akan mengkhianati janji pada diriku sendiri selama ini. Janji untuk mulai melupakan dia. Dari pesan-pesan yang pernah dia kirimkan, aku menafsirkan tak lama lagi dia akan jauh dariku. Sulit bagiku untuk tiba-tiba menghentikan kisah yang selama ini terbangun. Aku butuh belajar dari sekarang, agar ketika waktu itu tiba, pedih tak terlalu membelenggu. Karena itulah aku ingin belajar melupakan secepatnya. Di sisi lain, aku berfikir. Jika aku seperti itu, dan tak membalas pesan darinya, sama saja aku menghentikan jalinan persaudaraan antar manusia di bumi ini. Tuhan tak akan menyukainya. Lalu, harus bagaimana kah?

Apa kabar?

Sebelum sempat kubalas pesan sebelumnya, datang lah satu pesan lagi darinya. Setelah kupertimbangkan lagi, akhirnya kuputuskan untuk membalasnya. Kutambahkan sebuah emoticon senyum di belakangnya.

Tersadar akan tindakanku selama ini. Aku terlalu kekanakan. Kenapa juga harus memilih untuk berusaha melupakannya? Biarlah semua pudar dengan sendirinya. Kini yang tertanam di benakku, ingin tetap mengenalnya. Itulah kata hatiku yang sejujurnya. Mungkin akan lebih baik jika kupertahankan komunikasi dengannya. Biarlah ada senang sedih dalam kisah ini. Seperti asam manisnya rasa cherry. Jika sudah seperti itu, biarkan suatu saat nanti ada sensasi mint juga, seperti permen mint rasa cherry.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun