Mohon tunggu...
Hani La Shifa
Hani La Shifa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Secangkir mendung di bawah langit teh hangat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Apa Terlihat Bersedih

1 Juni 2020   22:50 Diperbarui: 1 Juni 2020   22:47 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana orang lain bisa tahu kamu sedang tidak baik-baik saja, kalau yang kamu tunjukkan selalu keceriaan palsu?  Jangankan pada orang lain, pada dirimu sendiri saja kamu berpura-pura tidak apa-apa. Jangan terlalu naif, isi kepalamu terlalu berat untuk kau topang sendiri. 

Jangan sampai, karena ketidakmauan kamu bercerita, malah jadi boomerang buat kamu. Alih-alih menikmati hari-harimu bersama orang lain seperti biasa, kamu malah memaki-maki orang lain karena mengaggap mereka tidak peduli padamu. Padahal mereka hanya tidak tahu. 

Kesedihan itu tidak bisa ditolak. Manusiawi, kok. Izinkanlah hatimu bersedih, sejenak saja. Paling tidak biarlah setetes dua tetes terjatuh dari mata sayumu itu. Terlalu berat, sayang. Kau tidak mampu. 

Dengan kamu menolak kesedihan itu, sama saja kamu menyimpan carut marut kepelikan di pikiranmu dan suatu saat itu akan menjadi bom waktu. Tertawa terbahak-bahak hingga tersedak pun bukan benar-benar obat yang mujarab untuk kesedihanmu. Saat ini kau tertawa, suatu saat kamu akan benar-benar merasa kalut dan penat. Kamu akan kewalahan dibuatnya. 

Temui orang yang kau percayai. Berkeluh kesahlah sesuka hatimu. Atau tulislah dalam buku harianmu. Biarkan segalanya terkuar tak peduli seberapa banyakpun itu. Kamu butuh teman, dan kamu tidak pernah sendirian. Kamu selalu punya orang lain untuk dimintai bahunya. Tidak ada seorangpun yang benar-benar sendirian. 

Kalau sudah merasa benar-benar sendiri, berhenti dulu sejenak. Duduk, diam. Renungkan harimu walau hanya 5 sampai 10 menit. Hubungkan jiwa ragamu dengan alam, dengan sumber energi, atau dengan Tuhanmu, atau apapun yang kamu percayai. 

Rasakan kesenduan mengalir melalui aliran darahmu, buang perlahan dalam wujud buliran air mata, atau lepaskan energimu, paling tidak sampai pundakmu terasa ringan. 

Bagaimana? sudah lebih tenang? Kalau belum, lanjutkanlah.  Menangislah sekencang mungkin. Jika tak mungkin bersuara, goncangkan bahumu. Biarkan energi negatif terlepas dari dirimu. 

Kalau sudah, kamu bisa mulai tersenyum. Rasai kekuatan maha besar menelusup melalui celah-celah jarimu, menghangatkan hatimu, dan menjernihkan pikiranmu. Jangan malu bersedih, ya. Jangan malu menangis. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun