Mohon tunggu...
nurul hanifah
nurul hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - haniiii

mahasiswa baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akad Hawalah

10 Juni 2023   20:18 Diperbarui: 10 Juni 2023   20:27 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hallo teman teman sudah lama sekali saya tidak berbagi pengetahuan kepada teman teman online saya ini,apakah kalian merindukan saya?hahaha bercanda.kali ini saya akan membahas tentang suatu akad yang ada diagama saya yaitu agama islam.akad yang akan saya bahas ialah akad hawalah.sebelumnya temen temen udah pernah dengar akad hawalag gak sih???kalo belum,yuk disimak pembahasan ku kali ini,hehehh dijamin gak nyesel lhooo.

Jadi teman teman, Akad Hawalah adalah istilah yang digunakan dalam hukum Islam yang mengacu pada pengalihan hak atau tanggung jawab atas suatu objek atau kewajiban dari satu pihak ke pihak lain melalui pengalihan hutang atau kewajiban. Secara harfiah, "Hawalah" berarti "peralihan" atau "peralihan". Dalam konteks ekonomi Islam, akad hawalah sering digunakan dalam transaksi keuangan, terutama dalam situasi di mana seseorang memiliki hutang kepada pihak ketiga dan kemudian ingin mengalihkan kewajiban tersebut kepada orang lain. 

Dalam akad hawalah, pihak pertama (debitur) yang memiliki utang atau kewajiban mengalihkan tanggung jawab pembayaran kepada pihak lain (mutahawil) dengan persetujuan pihak ketiga (muqarrij). Pada dasarnya akad hawalah adalah bentuk akad yang memungkinkan pengalihan tanggung jawab pembayaran utang atau kewajiban lain dari satu pihak ke pihak lain tanpa melibatkan pihak pertama. Perjanjian ini didasarkan pada asas kepercayaan antara para pihak, dimana pihak kedua menyanggupi untuk bertanggung jawab atas pembayaran utang dan pihak pertama dinyatakan bebas dari kewajiban ini.Hal terpenting dalam akad hawalah adalah kesepakatan antara semua pihak. 

Selain itu, akad ini juga harus memenuhi syarat-syarat yang diatur oleh hukum Islam, seperti kesepakatan yang jelas mengenai besarnya utang, identitas dan tujuan para pihak, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan prinsip syariah. Perlu diketahui bahwa penggunaan akad hawalah harus sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam dan tidak boleh digunakan untuk menghindari kewajiban atau melanggar peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam praktiknya, akad hawalah sering digunakan dalam transaksi keuangan dan komersial Islam untuk memfasilitasi pengalihan kewajiban dan penyelesaian utang antar pihak.

Ada beberapa  akad hawalah dalam hukum Islam yang umum digunakan dalam transaksi keuangan dan perdagangan. Beberapa jenis akad hawalah yang dikenal, ialah:

Hawalah bil Wad: Ini adalah jenis akad hawalah yang paling umum. Dalam hawalah bil wadi, pihak pertama (debitur)  memiliki utang atau kewajiban mengalihkan tanggung jawab  kepada pihak kedua (mutahawil) dengan izin pihak ketiga (muqarrij). Pihak lain kemudian  bertanggung jawab untuk membayar hutang atau kewajiban tersebut.  

Hawalah bil Dhaman : Hawalah bil dhaman adalah akad hawalah yang melibatkan jaminan atau penjaminan dari pihak ketiga untuk menutup hutang atau kewajiban pihak pertama. Dalam hal ini pihak pertama tetap menjadi penanggung jawab  utama, tetapi apabila pihak pertama tidak memenuhi kewajibannya, maka pihak ketiga (penjamin) yang bertanggung jawab.  

 Hawalah bil Wasitah: Dalam Hawalah bil Wasitah, pihak ketiga bertindak sebagai penengah atau arbiter antara pihak pertama dan pihak kedua. Pihak ketiga bertindak sebagai perantara dan membantu pengalihan tanggung jawab untuk membayar hutang atau kewajiban.  

Hawalah bil Qabd: Hawalah bil qabd adalah akad hawalah yang dilakukan dengan mengalihkan suatu benda fisik  atau harta sebagai imbalan suatu utang atau kewajiban. Dalam hal ini, masalah dialihkan ke pihak lain alih-alih bertanggung jawab atas pembayaran.  

Hawalah bil Wakalah: Hawalah bil wakalah adalah akad hawalah yang dilakukan melalui perantara. Dalam hal ini pihak pertama (debitur) menunjuk pihak kedua sebagai wakil yang akan menunaikan tugas atau kewajiban membayar utang atas namanya.

 Jenis akad hawalah ini dapat berbeda-beda tergantung pada konteks dan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Penting untuk mencari pemahaman yang tepat tentang jenis kontrak hawalah yang relevan dalam konteks tertentu dan untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip yang mengatur hukum Islam diikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun