Seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin mengalami pengalaman di mana kita merasa terputus dari kenyataan atau diri kita sendiri. Hal ini dikenal sebagai disosiasi, suatu kondisi ketika pikiran atau perasaan kita terasa terpisah dari tubuh atau lingkungan sekitar. Rasanya seperti menyaksikan kehidupan sendiri dari luar atau merasa terisolasi dari perasaan dan sensasi tubuh. Disosiasi bisa menjadi respons terhadap stres, trauma, atau bahkan sebagai cara otak untuk melindungi diri dari pengalaman yang sulit. Memahami apa itu disosiasi dan bagaimana rasanya penting agar kita dapat lebih empati terhadap diri sendiri dan orang lain yang mungkin mengalami pengalaman ini.
Pengertian Disosiasi
Disosiasi adalah suatu mekanisme pertahanan mental yang membuat seseorang merasa terputus atau terpisah dari pikiran, perasaan, identitas, atau sensasi tubuh mereka sendiri. Dalam kondisi ini, seseorang mungkin merasa seolah-olah sedang menyaksikan kehidupan mereka dari luar, atau merasa tidak terhubung dengan diri sendiri. Disosiasi dapat terjadi sebagai respons terhadap stres, trauma, atau situasi yang menekan secara emosional. Ini dapat bersifat sementara atau menjadi pola yang berulang dalam kehidupan seseorang.
Penting untuk dicatat bahwa disosiasi bukanlah suatu gangguan tunggal, tetapi dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan mental, termasuk gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan disosiatif, atau gangguan kecemasan. Meskipun dapat menjadi cara otak untuk melindungi diri dari pengalaman yang sulit, disosiasi juga dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Oleh karena itu, pemahaman dan dukungan terhadap individu yang mengalami disosiasi menjadi sangat penting.
Ciri- Ciri Disosiasi
1. Tidak merasakan emosi
Seseorang yang mengalami disosiasi mungkin mengalami kesulitan merasakan atau mengidentifikasi emosi mereka dengan jelas. Mereka bisa merasa hampa atau mati rasa secara emosional, seolah-olah terputus dari dunia emosi mereka sendiri. Ketika disosiasi terjadi, seseorang mungkin sulit menangkap atau mengekspresikan perasaan, bahkan pada situasi yang seharusnya memicu emosi tertentu. Contohnya, dalam situasi yang seharusnya membuat seseorang senang atau sedih, individu yang mengalami disosiasi mungkin tampak tidak bereaksi atau tidak menunjukkan emosi yang sesuai dengan keadaan tersebut. Hal ini bisa membuat mereka terlihat dingin atau acuh terhadap situasi yang seharusnya memicu respon emosional. Disosiasi emosional dapat menjadi suatu bentuk mekanisme pertahanan untuk mengatasi stres atau trauma yang dialami individu tersebut.
2. Merasa terputus dengan lingkungan sekitar
Disosiasi juga dapat membuat seseorang merasa terputus atau terasing dari lingkungan sekitar. Individu yang mengalami disosiasi mungkin merasa seperti mereka tidak benar-benar ada di tempat atau situasi yang sedang mereka alami. Mereka mungkin menggambarkan perasaan seakan-akan melihat kehidupan mereka dari kejauhan atau seperti menonton sebuah film, tanpa merasa benar-benar terlibat secara emosional. Contoh dari perasaan terputus ini bisa muncul ketika seseorang mengalami situasi stres atau trauma yang berat. Sebagai respons terhadap tekanan yang berlebihan, pikiran seseorang bisa mengeksekusi mekanisme pertahanan dengan menciptakan jarak emosional dari situasi tersebut. Ini dapat memberikan perlindungan psikologis dalam menghadapi pengalaman yang sulit atau menyakitkan, tetapi pada saat yang sama, membuat individu merasa terasing dari realitas sekitarnya.Â
3. Bingung dengan yang terjadi di sekitar
Bingung dengan lingkungan sekitar adalah salah satu ciri disosiasi. Orang yang mengalami disosiasi mungkin merasa seperti mereka "berada di dunia sendiri" atau tidak sepenuhnya terhubung dengan apa yang terjadi di sekitar mereka. Mereka dapat mengalami kesulitan untuk fokus atau merespons pada situasi sekitar dengan cara yang memadai. Contoh dari perasaan ini mungkin terlihat ketika seseorang berada dalam pertemuan sosial atau aktivitas kelompok, tetapi merasa seperti pikiran mereka melayang atau fokus terpecah. Meskipun fisik hadir, mereka mungkin tidak sepenuhnya terlibat dalam percakapan atau aktivitas, memberikan kesan bahwa mereka tidak sepenuhnya terhubung dengan dunia sekitarnya. Hal ini dapat menjadi salah satu cara tubuh dan pikiran melindungi diri dari stres atau tekanan emosional yang mungkin terjadi dalam situasi tersebut.