Hari-hari terakhir ini banyak hal konflik yang terjadi di belahan dunia. Salah satunya yang sangat awet berkonflik adalah peperangan yang tak ada hentinya. Yakni Palestina dengan Israel. Sebelumnya ada kudeta militer di negara Myanmar, kisruh di negara Hongkong, maupun di negara kita Indonesia pun banyak konflik yang terjadi. Baik dengan sesama masyarakatnya maupun kebijakan-kebijakan anehnya pemerintahan.Â
Bayangkan kalau saja mereka melihat sendiri dan terjun sendiri ke lapangan. Banyak banget tempat wisata yang dibuka dan mengakibatkan kerumunan manusia. Belum lagi pasar, mall juga sama terjadi. Anehnya pemerintah pusat malah melarang mudik. Walau begitu rakyat sudah tak mengikuti aturan-aturan tersebut. Sebab sudah banyak konflik dalam lingkaran politik  yang tak pernah terselesaikan sama sekali. Terasa mengambang begitu saja atas semua yang sudah diatur.Â
Dunia begitu sepakat bahwa konfliknya palestina dengan Israel adalah bukan hanya masalah agama melainkan masalah-masalah kemanusiaan. Begitu dengan konflik di belahan dunia lainnya. Kita harus mengerti bahwa Ketika berbicara masalah kemanusiaan ya sudah berarti diatas segalanya adalah sebuah kepedulian terhadap lingkungan.
Seorang yang menganut agama akan berhasil Ketika seimbang terhadap kepedulian kita terhadap isu-isu sekitar kita bahkan dunia. Banyak sekali konflik yang kita lihat dan saksikan bahkan menjadi pelakunya sendiri barangkali.
Bagaimana konflik itu pada dasarnya disebabkan oleh rasa ingin berkuasa atas yang lain. Begitu pun mereka-mereka yang sedang berkonflik pasti merasakannya hal tersebut.
Akan tetapi ketika konflik kemanusiaan dibawa dengan isu agama, politik, budaya, adat dan ideologi maka hal itu menjadi-jadi meluas. Emosial manusia merasa disentuh dengan kasar. Dan akan menjadi konflik yang membesar.
Perang dunia kali ini bukanlah dengan senjata api akan tertapi dengan pengaruh perilaku. Kalau saja kita mengamatinya perilaku manusia kelihatan lebih kasar dan banyak berkonflik ketiika kita melihat fenomenanya di social media. Hanya akan dua hal fenomena di sana pertama adalah kesedihan yaitu orang-orang yang merasa ketidakadilan, Â keduanya adalah kemarahan yaitu orang-orang yang ingin melawan ketidakadilan. Dan satu dari lainnya adalah cari perhatian yang paling mudah ya di social media.
Social media adalah sarang rumahnya konflik social. Bahkan hal apa saja bisa dibahas sampai terjerat oleh uu ite. Begitu banyak korban atas uu tersebut. Menyuarakan hal kebenaran malah di penjara, sebaliknya berkali-kali ngehoaks malah bebas-bebas aja.
Perilaku netizen social media juga makin unik. Mereka sekarang lagi berkonflik dengan dirinya sendiri. Ada fenomena baru yakni mengakui tak beragama sebenarnya tanpa diketahui keluarga dan lingkungannya. Dan melakukan ritual agama hanya untuk menutupi apa yang sebenar-benarnya terjadi. Walau sekarang sudah memulai terang-terangan atas nama kebebasan. Kalau dulu kita selalu bahas orang beragama pindah ke agama lain masa depan konflik kita terhadap mereka yang Beragama pindah pada tidak sama sekali memeluk agama. Fenomena ini jangka panjang. Konflik antar agama jaman sekarang itu seperti penghinaan symbol-simbol agama.
Emang aneh si ketika penistaan agama pelakunya masih bisa bebas berbicara padahal konon keberadaannya sudah diketahui. Tapi ya begitulah keadaannya. Konflik dimana saja sepertinya tetap akan selalu ada yang jadi masalah adalah bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikannya. Paling pas itu dengan politik meja makan.
Salam dariku Met lebaran semoga perdamaian selalu dalam jiwa dan pikiran kita