Sebagai seorang remaja yang sedang menuju ke tahap yang lebih tinggi tentunya setiap dari kita pasti mengalami tahap pendewasaan, pada masa tersebut secara tidak langsung kita dituntut untuk berproses dan menempa diri lebih baik dari sebelum-sebelumnya.
Dan tentunya dalam setiap prosesnya seringkali kita berpikir di dalam benak hati terdalam kita yang seringkali membuat kita menjadi overthinking hahaha, pernah nggak sih terbesit di dalam benak hati kalian, sering ngerasa capek? padahal aktivitas yang kalian lakukan juga nggak berat-berat banget. Ya, karena mungkin bisa jadi karena memang badan kalian aja yang istirahat tapi pikiran kalian? belum tentu juga kan melakukan hal yang sama dengan tubuh kalian.Â
Alasannyapun bermacam-macam saya juga seringkali berpikiran mengenai hal tersebut, karena pada dasarnya kita tidak bisa mengontrol  sikap orang lain terhadap diri kita sendiri, sama halnya ketika kita berbicara kepada orang lain belum tentu respon yang diberikan kepada kita selalu menghasilkan sesuatu yang bernilai positif hal ini didasari karena pemikiran dan latar belakang antara satu individu dengan individu yang lain  berbeda.
Ya memang benar, pada dasarnya lebih baik urusi masalah diri kita sendiri karena yang bisa mengontrol kita ya memang diri kita sendiri, seperti perkataan kita yang merupakan sebuah bentuk respon terhadap sikap-sikap orang lain yang mungkin (pernah) membuat kesan yang tidak baik ataupun kesan yang positif yang dapat menjadikan sebuah nilai siapa sih diri kita sebenarnya.
Menjadi dewasa itu memang sulit dan tidak melulu soal umur namun, pada hal ini dapat dinilai ketika kita paham bagaimana dalam menempatkan diri/posisi dan paham bagaimana caranya mengendalikan diri dan bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang lain itu seperti apa.
Menjadi dewasa, secara tidak langsung memang menuntut kita untuk menjadi pemikir yang cerdas  namun seringkali kita terlalu memikirkan yang sebenarnya diluar kendali kita seperti ketakutan akan masa depan yang dirasa banyak remaja masih abu-abu (tidak pasti) menyebabkan banyak dari mereka yang akhirnya memilih untuk menjadi orang lain daripada dirinya sendiri.
Melihat kehidupan orang lain sebagai motivasi diri memang baik, namun jika terus-terusan berkaca  pada orang lain tentunya dapat berakibat fatal yang pada akhirnya kita menjadi tidak bisa mengenali diri kita pribadi secara utuh. Seringkali juga pada fase menuju tahap pendewasaan seseorang akan cenderung untuk mengekspresikan dan meluapkan emosi dengan tidak sesuai porsi yang sebenarnya karena bagaimanapun juga secara tidak langsung seseorang yang terlalu memikirkan sesuatu hal yang berlebihan (overthinking) cenderung akan memilih sikap tersebut, atau lebih tepatnya bisa dibilang menjadi lebih baperan.
Memang sih, semua orang baik tua maupun muda pasti pernah merasakan hal ini. Tetapi, jangan sampai larut secara berlebihan karena pada akhirnya hanya akan menyulitkan dan tentunya menguras banyak energi dikeseharianmu. Seringkali, terlalu memikirkan sesuatu secara berlebihan hanya akan menambah beban di pikiranmu. Karena dengan sifat tersebut kita menjadi menyerap terlalu banyak informasi padahal jika kita lebih santuy dalam menyikapinya setidaknya kita menjadi lebih sedikit sadar porsi kita sendiri bahwa sebenarnya banyak informasi yang dirasa tidak ada manfaatnya dan hanya akan menghasilkan ketidakjelasan  dan fungsinya bagi diri kita.
Memang harus diakui, saat ini kita berada di zaman yang kaya dan mudah dalam menerima informasi tetapi tidak semua hal yang kita terima sesuai dengan ekspetasi atau menghasilkan feedback yang positif, ya kita sedang berada di era yang kaya akan informasi namun miskin perhatian dan kesadaran antar sesama. Â