Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajakku kepada Langit

9 September 2014   05:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:15 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Doa-doa malam di sebatkan bagai tambur genderang menyerang langit.
Wajah-wajah berduka, wajah-wajah tergilas menyapa gelisah.
Semesta alam bersujud menangis memaparkan luka yang tak juga sembuh.
Merayap kaki-kaki dekil di selokan dan di jalan raya jiwaku di lindas separuh waktu.

Mata hati, kata hati terbungkam sunyi.
Lengking dendam yang tak pernah surut selalu pasang dan naik.
Menjulur lidah-lidah pada nafsu yang kian turut.
Manusia semakin di jejali kesombongan dan tak tahu diri.

Oh dewi malam yang tak gentar menggigil di putaran waktu.
Oh rasi bintang yang bersinar penunjuk jalan petualang yang jenuh.
Pada apa yang terjadi hanya Tuhan yang tahu kemana arah angin berlalu.
Maka masihkah kau bertanya kemana harus luangkan banyak waktu selain kepadaNya.

Di bumi yang semakin tua dan berdebu.
Yang sebentar lagi hangus dan tak tersisa oleh waktu.
Aku terhempas dan terguling tumpah ruah jeritanku kepada langit.
Bakarlah nafsuku, bakarlah kesombonganku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun