Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Daun Gugur

4 Maret 2017   21:37 Diperbarui: 4 Maret 2017   21:43 6884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku hanyalah daun-daun yang berserakkan di setapak jalan tanah merah,

di antara rimbun embun dan tetesan hujan. Aku menggigil, aku kedinginan.

Terkadang bila angin kencang datang, aku di bawanya terbang tanpa sayap meliak-liuk tubuhku.

Bimbang terombang-ambing dan tak pernah bisa menentukan tujuan.

Terkadang aku jatuh di atas ranting-ranting kering yang rapuh, terkadang pula angin membawaku

rebah ke aliran sungai yang deras dan berbatu. Dan tak jarang pula aku jatuh ke sebuah pekarangan rumah

yang luas lalu di sapu dan di masukkan ke dalam tong sampah. Aku sadar aku tak lagi mempunyai hidup, 

aku sadar sebentar pun aku akan di bakar atau membusuk bersama tanah merah menjadi pupuk.

Tapi katakanlah aku tak menjadi sia-sia setelah terlepas dari dahan yang memberikanku hidup

dari warna hijau muda hingga coklat tua. Biarkanlah takdir ku menjadi getir, tersiram hujan, terombang-ambing angin.

Namun dapatkah sekiranya kau uraikan rentang waktuku yang jauh dan lugu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun