Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjadi Angin

30 Desember 2014   08:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin mencengkeram ranting-ranting.
Menerbangkan dedaunan layu ke anak sungai dan menggelitik ujung-ujung ilalang.
Menaruh biji-biji bunga ke atap genting atau hamparan tanah luas membentang.
Aku ingin meniup kain layar perahu nelayan hingga membawanya ke tengah lautan atau membawa terbang layang-layang naga milik anak gembala yang bertelanjang dada di tengah pematang.

Aku ingin menjadi angin, tak nampak di cermin namun dapat kau rasakan hadirku dingin.
Aku ingin membelai wajah pengembara yang letih kepanasan atau mengusap peluh petani dengan belaian lembut di dada.
Tak ingin ku marah dan tak ingin memporak-porandakan.
Sebab aku angin yang menarik awan hitam ke lembah gersang.
Angin yang dari tanganku mewarisi kehidupan untuk sekedar mengangkat debu jalanan yang berserakan.

Bisa juga kisahmu yang usang aku terbangkan dan ku taruh di tengah lautan.
Bersama riuh camar-camar dan hembusan gelombang.
Aku angin yang meresap ke dalam senja ketika matamu saling bertautan dalam rindu.
Membawa luka dan harum segenap perjalanan waktumu.
Serta mendendangkan isi puisimu yang kau torehkan dalam untaian kabut biru.

30122014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun