Mata kananmu buta dipopor senjata di depan pabrik tekstil yang saat ini tengah pailit.
Kejadian lampau yang tak akan mungkin terlupa tercatat dalam sejarah.
Kini lihatlah wahai penyair suatu hal yang luar biasa tengah terjadi.
Pabrik tekstil tempatmu dulu berdemontrasi tengah di ambang kehancuran karena terlilit hutang.
Entah aku mesti berduka atau berbahagia.Â
Namun di pabrik itu ada ribuan nyawa mengharap tidak di PHK.
"Derita Sudah Naik Seleher" berikut aku kutip judul puisimu untuk menggambarkan kegelisahan ribuan karyawan tekstil saat ini.
Tetapi bila mengingat kejadian demontrasi waktu itu saat mata kananmu dipopor senjata oleh aparat yang brutal.
Aku begitu sedih dan tak mampu berkata-kata lagi. Keperihan sampai di ulu hati.
Apakah ini sebuah peringatan atau dosa atas hilangnya cahaya matamu?