Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pertanyaan Tengah Malam

6 Mei 2024   02:18 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:14 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kenapa hantu itu kebanyakan perempuan. Jarang sekali kita dengar ada hantu laki-laki. Sebegitukah perempuan menyeramkan. 

Lihat saja bila ada perempuan meninggal apalagi sebab kematiannya tidak wajar. Bunuh diri atau dibunuh pastilah akan ada desas-desus beredar. Seorang perempuan berambut panjang dengan kain putih terlihat berdiri diam di muka gang.

Dulu di tempat tinggalku ada seorang waria tewas ditikam di kamar kontrakannya oleh lelaki yang tak sanggup membayarnya. Tetapi waria itu tidak jadi hantu. Tak ada gosip menyebar kalau waria itu tiba-tiba muncul menyeramkan dan mengganggu orang sekitar.

"Berhenti bang, eke mau borong sate. Iiih, abang jangan takut, jangan gemetar sudah lama eke kangen di tusuk, kangen di cakar-cakar".

Begitu juga laki-laki yang mati bunuh diri karena masalah ekonomi tak ada juga ceritanya ia gentayangan lalu datang meminta-minta sedekah sebab keluarga yang ditinggalkan semakin susah dan sulit mencari nafkah.

Kenapa mesti perempuan yang jadi hantu. Kenapa tidak ada hantu gay, hantu waria atau hantu laki-laki yang patah hati karena cinta. Menurutku itu aneh. Tidak adil. Diskriminasi namanya.

Dari ujung malam yang sepi aku masih terjaga. Ke dua bola mataku jauh meluncur menerawang ke arah jalan. Takut-takut arwah satpam rumah yang kemarin pagi mati mendadak akan muncul. Malam ini jadwalnya ia piket jaga.

Aku biasa memberikan ia sebungkus rokok dan kopi. Siapa tahu ia datang dan mengingatkan ku untuk segera menutup jendela dan pintu. Meski ia tahu aku selalu tidur menjelang pagi. Aku masih menulis puisi.

Handy Pranowo 

06-Mei-2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun