Menanti waktu menua dan di makamkan bersama.
Ah begitu angkuhnya harapanku, ketakutan memenuhi kalbu.
Tempat nan hijau dan jalan setapak menuju senja, apakah masih ada?.
Gedung-gedung, jalan aspal dan lampu-lampu sorot sudah merambat liar tak dapat di bendung.
Ku dapati sungai tak lagi jernih sementara kumbang-kumbang entah kemana pergi, pantulan bulan terantuk limbah-limbah pabrik.
Namun matahari tetap condong menatapku bisu, entah di mana kan ku simpan mimpi indahku.
Barangkali tak pernah nyata dan aku terbangun dengan kesumpekkan yang masih sama.
Handy Pranowo
27-July-2022
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!