Mereka akan kembali pulang lewat jalan yang sama, jalan yang pernah menunjukan kepada mereka arah kenangan dan gelisah.
Jalan yang kerap kali di penuhi kemacetan panjang dan sisa-sisa sampah.
Jalan yang bilamana kau telusuri penuh dengan tempat istirahat tanpa lahan parkir tersisa.
Bagi mereka pergi adalah pulang dan pulang adalah pergi meski sebenarnya jalan yang mereka lalui tak pernah tercatat di sebuah peta kecuali arah angin dan hujan yang datang tiba-tiba.
Mereka mempunyai alasan untuk mengorbankan itu semua sebab terlalu sibuk hidup di kota.
Di hari Raya segalanya menjadi maklum mungkin itu bagian dari ibadah, bukankah kita di ajarkan untuk saling berkunjung.
Dengan sisa tenaga setelah rasa bahagia tumpah bersama. Toh kehidupan belum usai di timba.Â
Tahun depan barangkali akan lagi seperti ini. Itulah doa-doa yang terucap sebelum lambaian tangan melepas pergi.
Dan segala sesuatu yang terjadi begitu singkat tak ada yang abadi.
Handy Pranowo
5 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H