Kemana rembulan yang tadi malam kau panah, adakah hatinya berdarah?
Ia telah terpisah dari kata-kata dan sajak-sajaknya penuh luka.
Waktu yang ringkih di dalam jiwa, melambai angin di ranting-ranting gelisah.
Ia muntahkan segala peristiwa lalu kesunyian membuncah di dalam dadanya.
Lalu rembulan mengusap lukanya menjadi kabut yang lesu menutupi daun jendela.
Embun muncul dari semak-semak belukar menjalar ke dasar tiap-tiap kata yang terpencar.
Sambil ia katakan bahwasanya rembulan telah mati, di kafani mendung dan gerimis sepi.
Angin membawanya ke tengah lautan di mana ia akan di kubur bersama gelombang kerinduan.
Wahai seseorang yang telah memanah rembulan, di manakah kau simpan detak jantungnya?.