Pisang goreng, pisang goreng legit hangat nikmat di santap.
Siapa beli datang merapat hujan turun bawa kopi dan teh hangat.
Gerobak kayu tanpa tumpangan nongkrong di atas trotoar. Di belakang selokan di depan lubang galian tiada henti hujan turun dari pagi hingga menjelang malam.Â
Si bapak penjual gorengan wajahnya penuh minyak terang menyala. Nyala kompornya redup apinya di mainkan angin hujan bergoyang-goyang.
Tiga sisir pisang tanduk diam mengantuk kulitnya coklat menunggu di kelupas masuk ke minyak panas. Lihatlah lelaki paruh baya itu tampak tekun menunggu pembeli berkunjung.
Sesekali di tengoknya waktu lewat telpon genggam yang tersimpan di dalam saku baju. Irama campur sari dari radio butut belum juga bosan menemani.
Pisang goreng, pisang goreng legit hangat nikmat di santap.
Siapa beli datang merapat hujan turun bawa kopi dan teh hangat.
Di jalan lalu lintas nampak semrawut apa karena hujan turun seharian atau karena lubang galian yang belum di tutup. Tanah merah belepotan menempel di aspal jalan di lindas roda-roda kendaraan.
Becek, nyiprat ke mana-mana ke sepatu, sandal, celana dan muka, awas terpeleset masuk ke kubangan bisa repot belepotan. Penjual pisang goreng masih menunggu pembeli datang sesekali bersenandung ketika tiba lagu "Perahu Layar".