Waktu aku masih kecil aku ingat ada sebuah pohon jambu air di samping rumahku, entah sejak kapan pohon jambu itu ada di situ yang pasti ia lebih dulu lahir dari pada aku sebab tinggi dan besar badannya melebihi diriku.Â
Keluargaku sangat menyayangi pohon jambu air itu, sering di siram dan juga di beri makan pupuk kandang.
Aku dapat mencium aroma tubuh pohon jambu air itu segar dan ranum, ia begitu tinggi hingga melebihi atap rumahku.Â
Seringkali ia merontokkan daun-daunnya di atas loteng dan tak ada satu pun yang berani memarahinya.Â
Apabila datang musim buah, bunga-bunga jambu bergerombol bermekaran dengan putik-putiknya seperti jarum-jarum halus nan lembut.
Angin senang sekali bermain dengannya menggoyangkan batang dan ranting pohon jambu itu hingga putik-putik bunganya berjatuhan ke tanah seperti salju.Â
Kumbang-kumbang dan kupu-kupu seringkali berkunjung bila ia sedang berbunga penuh. Ia begitu kuat, begitu tabah dan tahu bila majikannya senang merawat dirinya.Â
Bila buahnya sudah masak berwarna merah gelap rasanya manis seperti hidupnya yang di cintai semua orang bahkan semua tetangga sering mampir mengambil buahnya.
Ketika datang hari Minggu ayahku mengajak aku memanjat pohon jambu itu lalu menuju loteng dan membersihkan daun-daun yang berserakan di atas sana.Â