Bangun, bangunlah, ada api, ada api, ada api.
Serentak mereka terbangun, terkejut, mencari jalan keluar, berebut di depan jeruji pengap.
Mencoba meyelamatkan diri namun mereka terkunci.
Terkunci dari dalam, terkunci dari udara segar dan pasrah tubuh mereka di jilati api pelan-pelan.
Mereka hangus terbakar. Mereka mati terkunci.Â
Oh sungguh sial, sungguh naas, di mana kepala penjaga, kami panik, panik di tengah kobaran api.
Penjara yang seharusnya menjadikan kami tempat belajar menyesali diri justru telah merenggut nyawa kami.
Adakah ada pembelaan. Apakah ini kelalaian.
Apakah ini takdir atau karma dari kejahatan yang kami perbuat hingga tewas terpanggang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!