Nayla gadis kecil berumur lima tahun dan baru saja di awal tahun ini ia di tinggal pergi oleh ayahnya di karenakan pandemi. Ia begitu terpukul mengingat kepergian ayahnya begitu cepat di saat ia sangat membutuhkan kasih sayangnya.Â
Ibunya yang juga tak kuasa menahan sedih harus tetap teguh dan sabar, memberikan contoh kepada anak pertamanya agar dapat bangkit dan tidak larut dalam kesedihan.
Namun tentu saja anak sekecil itu belum banyak mengerti apa-apa, Nayla yang periang berubah menjadi pendiam.
Menjelang sore langit begitu gelap tak lama lagi hujan pasti turun saat itu Nayla tengah asyik sendiri di dalam kamarnya mewarnai buku gambar yang baru saja di belikan oleh ibunya.Â
Saat ia sibuk mewarnai sambil duduk di atas kasur seekor kupu-kupu masuk ke dalam kamarnya berputar-putar sejenak lalu hinggap di atas pensil warna yang ia sedang gunakan.Â
Nayla pun terkejut, sekejap ia hentikan goresan pensil warnanya dan ketika kupu-kupu itu hendak di tangkap kupu-kupu itu pun terbang keluar lewat jendela kamar yang terbuka.Â
Nayla segera beranjak dari tempat tidurnya lalu mengejar kupu-kupu tersebut namun ternyata di luar hujan turun dengan derasnya, segera ia menutup pintu jendela kamarnya dengan menaiki kursi kecil berwarna biru.
Ia mencari-cari kemana kupu-kupu itu terbang namun kedua bola matanya yang lembut itu beralih menatap kepada derasnya air hujan yang turun. Dan tiba-tiba ia melihat setiap tetes air hujan yang jatuh ke tanah berubah menjadi kupu-kupu.
Lalu serangga kecil itu pun terbang berputar-putar dengan sayap-sayapnya yang indah berwarna terang sesekali hinggap di daun-daun hijau dan bunga-bunga mawar yang tumbuh di pekarangan.Â