Seminggu sebelum bulan puasa tahun ini saya baru saja kehilangan seorang "kakak" perempuan boleh di katakan seperti itu sebab umurnya lebih tua dari saya dan juga beliau senior saya di pengurusan "Forum Anak Muda" di lingkungan tempat saya tinggal.Â
Penyebabnya meninggal yaitu karena kanker payudara yang di deritanya kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Beliau sosok perempuan yang baik, murah senyum, beliau juga seorang guru Taman Kanak-Kanak dan tak di sangka kanker payudara yang di deritanya telah merambat ke bagian tubuh lainnya.Â
Ia sudah tidak kuat untuk kemoterapi karena alasan biaya dan hal yang lainnya hingga akhirnya terbaring begitu saja dengan tabung oksigen di rumahnya. Dan Tuhan menjemputnya.
Ini bukan yang pertama, saya sudah kehilangan dua orang perempuan yang saya kenal lantaran menderita kanker payudara, sebelumnya empat tahun yang lalu teman saya di sekolah dasar.
Saat itu saya bersama teman-teman yang lainnya berkesempatan menjenguknya di rumah, kondisinya sudah parah, saya tidak begitu paham soal stadium-stadium, namun yang saya lihat ia hanya bisa terbaring saja di kamarnya.Â
Lagi-lagi masalah biaya untuk kemoterapi dan hal yang lainnya, yang membuatnya urung melanjutkan pengobatan. Dan saat jenguk itu, seumur hidup baru kali pertama melihat langsung bagaimana dahsyatnya kanker menggerogoti tubuhnya.
Ia katakan sudah tidak sanggup lagi menahan sakitnya di kemo dan juga repot kalo mesti bolak-balik ke rumah sakit, tiga anak-anaknya tak ada yang memperhatikan sedang suaminya harus bekerja.Â
Saat itu kami mencoba menggalang dana semampunya, apapun yang kami bisa berikan kami antar ke rumahnya. Akhirnya ia bisa kemo lagi setelah beberapa bulan tidak di kemo.Â
Kebetulan saya mempunyai teman SMP yang juga menderita kanker payudara dan ia mau membantu bersama komunitas "Love Pink" kalau tidak salah, pada saat itu.
Di grup WA SD kita pantau terus masalah kesehatan teman saya itu, tanya-tanya juga apa lagi yang di butuhkan dan di perlukan, setidaknya kami ikut meringankan apa yang di deritanya. Tetapi takdir mengatakan lain, beberapa bulan setelah kemo yang ke dua ia harus pergi meninggalkan kami semua.