Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Matahari Menutup Diri Aku Merenung Sendiri

9 Maret 2021   23:16 Diperbarui: 9 Maret 2021   23:18 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku melihat waktu tergelincir ketika hujan berakhir membuka tabir kegelapan, angin dengungkan nyanyian kumbang malam di kejauhan, persis menyerupai suara adzan. 

Menggemalah kesunyian mengajak ku larut sejenak dalam kehampaan antara ada dan tiada namun bagiNya segala sesuatu mustahil tak tercipta.

Lalu langit menyerap doa-doa dan dosa, dan aku bertanya apa artinya hidup di dunia?

Di kejauhan kabut merambat ke dalam cahaya meliputi pula ke dalam jiwaku yang fana, jubah kematian, lingkar kehidupan, detak jantungku, suara nafasku, akankah menjadi sebuah perhitungan di masa depan.

Tuhan aku ingin memelukmu, tubuhku menggigil dan kaku.

Sungguh aku galau, sungguh aku bingung barangkali karena diriku yang tak pernah paham apa arti sujud hingga duri-duri dosa masih sering tertancap di sekujur tubuh.

Umur semakin menua dan tak dapat ku sembunyikan wajahku yang semakin keriput dan pada akhirnya ketika kepastian itu datang bekalku hanya sejumput, sungguh aku malu menghadap wajahMu.

Handy Pranowo
09032021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun