Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebelum Aku Tenggelam

1 Maret 2021   16:16 Diperbarui: 2 Maret 2021   02:06 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakalanya aku harus berputar melawan arah, menyeberangi arus sungai yang dingin melawan deru angin malam yang hening.

Dan kubiarkan diriku terlempar jauh dari jalan harapan yang bising di mana puisi-puisiku pernah lahir sungsang dan mati di kesunyian malam.

Jiwaku terpasung dalam luka lama yang membuatku berpikir apakah seharusnya aku mati saja dan membiarkan bunga-bunga duka tumbuh di atas kepala.

Toh tak ada satu pun yang bisa mengerti selain diriku dan sebuah cuaca yang kerap kali memberitakan perihal pagi yang wajahnya penuh kabut dan di selimuti misteri.

Sialnya, aku sering terlambat mengatakan cintaku kepadanya hingga matahari berubah warna dan pagi meninggalkanku dalam selimut mimpi buruk, ia mentertawakan keinginanku yang paling muluk.

Dan kini aku harus beranjak mencari jalan yang benar-benar bisa aku pijak, aku ingin mencintai diriku sepenuhnya seperti hari Minggu yang mencintai doa-doa dalam gereja.

Begitu tulus dan mempesona.

Handy Pranowo

01032021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun