Sebelum kamu pulang dan mengabarkan perihal hujan yang bakal datang malam ini sebaiknya kau ingat jalan mana mendung biasanya bergelayut mengirim pesan berantai kepada tempat yang sulit di tempuh.Â
Kau tidak bawa jas hujan bukan melainkan hanya sebuah payung yang tak cukup melindungi badanmu yang tambun.Â
Dan ingatkah dulu semasa kita sering menatap hujan setelah habis menghisap ganja di belakang rumahmu, kau katakan air hujan itu lebih manis ketimbang teh buatan ku sebab hujan di olah dari rasa rindu dan tabah.Â
Maka mekarlah tawa kita sejenak setelah akhirnya terdiam lama melupakan segala harap dan masa depan yang sirna.
Sahabat, tak ada perayaan yang menyenangkan selain pertemuan ini, barangkali sebelum punggung kita membungkuk sebab tanah telah rindu ingin bertemu ada baiknya kita tak berhenti bersujud.
Segalanya pernah datang dan singgah, segalanya juga pernah hilang entah kemana namun lihatlah Tuhan masih ada, setia menunggu kita datang mengetuk pintu rumahnya.Â
Kita ini hanya pengemis di sebuah jalan yang penuh liku berharap tempat teduh untuk nanti melanjutkan perjalanan panjang yang jauh. Entah berapa lama lagi waktu itu menunggu kita tak pernah tahu.
Ya Latif, Ya Latif, Ya Latif Yang Maha Lembut itu lebih mengetahui.
Handy Pranowo
18022021