Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menuju Rumahku

18 Februari 2021   11:11 Diperbarui: 18 Februari 2021   11:44 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatlah alamatku bila nanti kau ingin berkunjung, rumahku berpagar biru di kepung burung-burung. Jalan menuju ke sana tak banyak berkelok hanya saja menyusuri dingin dengan hamparan kabut memeluk ingin. Rumpun-rumpun tinggi tempat istirah embun, pohon-pohon randu rumah bagi segala hantu dan burung akan kau jumpai di kanan-kiri. 

Sapalah mereka perempuan-perempuan dengan bakul berisi jagung yang hendak ke pasar atau anak-anak kecil berkalung ketapel yang senang mencari belalang untuk mereka santap di kala siang. Dan kehangatan rindu akan kau jumpai dari teduh mata gadis muda yang suka menyimpan kartu nama orang kota yang selalu menjanjikan surga. 

Bila tak lama kau berhenti di satu sisi dengan panorama gunung kamu mesti akan sampai di rumahku namun ku pastikan kamu akan berdiri mengabadikan keindahannya. Tunggulah sampai nanti sore senja di ujung sana akan nampak akrab di matamu dan burung-burung bangau akan turun di pematang sawah sebelum mereka pulang ke sarang

Segalanya lengang, hening dan tenang. Telingamu hanya mendengar desiran angin membelai ujung-ujung padi dan matamu akan lebih banyak menangkap segala rindu dan kehangatan. Sesungguhnya harmoni kehidupan tak pernah berjarak dan memang tak pernah berjarak hanya saja kita terlalu egois mengalamatkan seluruh keinginan kita tanpa pernah memperdulikan alam.

Nah sampailah kau di rumahku. Tempat segala pahit dan manis berteduh, tempat segala rindu dari jauh bertaut. Masuklah, mari kita ngopi atau ngeteh di belakang atau kau lebih memilih duduk di teras ini sambil membicarakan sibuk di kota yang tak pernah selesai.

Handy Pranowo

18022021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun