Tak lama suara itu pun terdengar kembali.
" Coba tengok dulu sana mas." sahutku kembali kepada mas Dwi.
Mas Dwi bergegas keluar kamar sambil membetulkan sarungnya namun tak berapa lama terdengar suara motor seakan-akan terburu-buru pergi meninggalkan rumah kontrakkan kami. Perasaanku berubah tak enak aku pun yang tadinya terbaring langsung bangun dan buru-buru keluar kamar dan ternyata mas Dwi sudah tidak ada.Â
Pintu rumah masih terbuka aku kembali lagi ke kamar mengambil jaket dan berlari keluar mencari mas Dwi hingga ke ujung gang. Cepat sekali motor itu melaju hingga jalan raya pun tak ku lihat jejaknya
Suasana di gang malam itu entah mengapa sepi dan lengang, biasanya ada saja dua atau tiga orang tetangga yang asyik bermain catur di depan warung pak Soleh, apa mungkin karena sudah jam satu lewat. Aku berjalan ke gang sebelah barangkali ada orang di sana yang bisa di tanyakan, ternyata nihil. Aku panik, aku kembali ke rumah lalu menuju kamar meraih hapeku di meja namun bingung entah siapa pula yang akan aku hubungi. Selarut ini.Â
Ya Tuhan siapa mereka, dengan siapa mas Dwi pergi, kenapa tidak pamit dulu kalo memang dia punya urusan penting tapi sudah larut malam begini urusan apa, apa tidak bisa besok pagi. Aku kembali ke kamar dan mencari hapenya mas Dwi, aku perhatikan hape tersebut barangkali ada pesan atau telpon yang masuk namun hingga pagi menjelang tak ada kabar apapun.
Matahari perlahan semakin meninggi, warga di kampung ini pun beraktifitas seperti biasanya hanya aku saja yang nampak bingung sendirian di dalam rumah, di serang rasa mengantuk sebab semalaman tak bisa tidur. Aku hubungi Wiwin sepupunya mas Dwi untuk segera datang ke rumah.
" Gimana sih mbak ceritanya."tanya Wiwin.
" Aku nggak tahu win, kayak mimpi saja semalam itu" aku duduk di kursi sambil terus ku pandangi hapenya mas Dwi.
"Emang nggak bilang mas Dwi mau pergi ke mana." tanya Wiwin kembali
" Kalau dia bilang, aku mana bingung seperti ini win."