Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Insyaf

10 Juli 2019   19:17 Diperbarui: 10 Juli 2019   19:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku datang dari malam yang di bakar rembulan.
Serigala kampung dengan mata merah remang-remang.
Melewati sungai kota yang keruh dan bau anyir.
Jalanan aspal ku pijak, ku jilat, ku makan.
Aku datang hendak mencari hidup dan tak ingin miskin terus mencibir.

Masa laluku adalah puing-puing yang di pungut pemulung jalanan.
Nasibku juga telah di bongkar aparat keamanan.
Telah lama aku meraung menjadi gila dan terus merenung.
Hingga anak istriku kabur menjadi gelandangan.
Menjadi serigala yang kelaparan.

Dan kini setelah bebas aku dari kungkungan malam. Penjara.
Ku ingin kembali hidup normal.
Sebab walaupun aku serigala.
Tak ada lagi taring dan cakarku.
Aku sendirian, aku bukan lagi penjahat kambuhan.

Handy Pranowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun